Jumat, 01 Februari 2013

Home » , » Senjata Nuklir Israel

Senjata Nuklir Israel


Israel adalah salah satu negara yang bersuara paling keras yang menyerukan pembatasan yang tegas pada program nuklir Iran, sementara selama ini tidak pernah ada inspeksi atau pemeriksaan terhadap kemampuan nuklir Israel.
Israel memiliki dua pusat penelitian nuklir – di Dimona dan Soreq. Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa Israel telah memproduksi setidaknya 118 hulu ledak dengan senjata plutonium, di mana senjata seperti itu mampu dibawa menggunakan rudal balistik Jericho milik Israel.
Rudal bernama Jericho Satu, yang sekarang sudah usang, memiliki jangkauan 500 kilometer, dan bisa membawa hulu ledak nuklir seberat 20 kiloton – 20 kali lebih kuat daripada bom AS yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945.
Jericho Dua memiliki jangkauan 1500 kilometer. Itu bisa mencapai Iran – dan diyakini dapat membawa satu megaton bom nuklir, yang artinya adalah 1.000 kali lebih kuat daripada bom Hiroshima.
Diyakini sebuah rudal Jericho Tiga sekarang sedang dikembangkan – yang akan dapat melakukan perjalanan sekitar 5.000 kilometer, sehingga jangkauannya mencakup keseluruhan area dari wilayah Iran sampai dengan benua Eropa.



Reaktor riset berkekuatan 24 megawat air berat itu dioperasikan pada tahun 1964. Di reaktor ini pula Prancis melakukan pengolahan bahan bakar nuklir, sekaligus menyiapkan plutonium untuk memenuhi kepentingan militer Israel.

Sejak itu Israel semakin agresif meningkatkan kemampuan nuklir militernya. Pada tahun 1964, CIA melaporkan bahwa Israel berhasil memproduksi bom atom plutonium.
 

Hingga dekade 1990-an, rezim Zionis meningkatkan jumlah hulu ledak nuklirnya dari 75 hingga 130 buah. Pada tahun 2006, dengan dukungan AS dan negara Barat lainnya, Israel terang-terangan mengumumkan program nuklir militernya. Bulletin of The Atomis Scientist mengumumkan bahwa jumlah hulu ledak nuklir Israel menempati urutan kelima di dunia.
 

Sejatinya, senjata nuklir merupakan bagian dari doktrin militer Israel. Berbeda dengan  Iran yang bersikap transparan terhadap IAEA, Israel justru menolak kedatangan inspektur IAEA untuk meninjau program nuklir yang jelas-jelas bertujuan militer, dan mengancam kawasan dan dunia itu. Tel Aviv  juga menolak untuk menandatangani traktat NPT. Namun mengapa Israel yang  malah mendesak publik dunia supaya menekan Teheran untuk menghentikan program nuklir sipilnya.


sumber http://sisukha.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar