Minggu, 28 Oktober 2012

Home » Menjadi Blogger, Dari Sekedar Iseng, Hingga Ketagihan

Menjadi Blogger, Dari Sekedar Iseng, Hingga Ketagihan




Divemag edisi Sep – Oktober 2012 dengan Nama saya sebagai kontributor

MENULIS mungkin adalah hasrat terpendam saya sejak lama. Saya termasuk orang yang sulit berkomunikasi secara verbal dan lisan. Kalau ditanya lebih mudah mana menjelaskan sesuatu melalui ucapan atau tulisan? maka saya akan menjawab: tulisan! Syukurlah, sekarang ada komputer dan internet yang bisa digunakan orang-orang yang memiliki hobi menulis seperti saya. Bukan itu saja, internet telah merubah perspektif baru mengenai bagaimana sebuah karya tulis bisa dibaca. Tak hanya melalui terbitan opini di surat kabar, cerpen yang dikirim melalui majalah, atau bahkan menerbitkan sebuah buku, internet telah memudahkan orang-orang membaca karya tulis kita dengan cepat, praktis, mudah, berbanding lurus dengan diberikannya respon pembaca atas karya tulis tersebut. Nah, Menyambut Hari Blogger Nasional yang (saya baru tahu) jatuh tanggal 27 Oktober, saya mau menuliskan kilas balik bagaimana saya tertarik untuk menjadi seorang blogger.

Orang bilang, tak mungkin suka menulis tanpa membaca buku. Saya masih ingat saat berumur 4 tahun, saya yang sejak usia tiga tahun sudah bisa membaca sedikit, sangat menyukai halaman bergambar dari surat kabar Pos Kota. Doyok, Noni, Ucha, adalah tokoh-tokoh kartun yang kelucuannya sering saya baca setiap hari. Terkadang saya juga masih sempat membaca tulisan besar-besar headline Pos Kota walau enggan untuk membaca artikelnya dengan alasan tulisannya yang terlalu kecil.

Saat di sekolah dasar, saya menemukan hobi baru dalam membaca. Komik silat dan cergam (cerita bergambar) Petruk dan Gareng mulai “meracuni” saya. Belum lagi, komik-komik terjemahan seperti Deni Si Manusia Ikan, TinTin, Nina, majalah Bobo, komik Donal Bebek, dan lain-lain, membuat saya menjadi seorang anak kecil yang penuh imajinasi. Saya membayangkan diri saya bisa sehebat Tintin, tokoh fiktif karangan Herge yang merupakan seorang jurnalis dengan petualangan-petualangan mendebarkan.

Alhamdulillah, saya memilik ayah terhebat yang pernah ada. Walau kami berasal dari keluarga kelas pekerja menengah, Papa tak pernah membatasi anak-anaknya untuk membaca buku. Momen yang paling berkesan adalah saat Papa mendapat tunjangan lembur setiap pertengahan bulan, beliau tak pernah absen mengajak anak-anaknya ke toko buku dan membiarkan kami memilih beberapa buku untuk dibeli. Hobi membaca saya berlanjut ketika terbit novel-novel karya Hilman Hariwijaya seperti Lupus dan Olga. Terus terang, kelucuan, kegokilan, dan celotehan humor Lupus yang saya baca sejak kelas lima SD seakan menjadi panduan wajib saya untuk survive melewati masa-masa di sekolah tingkat lanjutan.

Booming acara TV swasta di tahun 90-an membuat saya terkadang ‘gerah’ untuk berkomentar. Ibu saya yang rutin berlangganan salah satu tabloid menjadi ajang coba-coba saya mengirimkan opini melalui surat pembaca. Aneh bukan? hehehe.. saya sendiri memang tidak begitu suka membuat cerpen seperti kebanyakan orang lain yang menjajal kemampuannya menulis dengan rutin mengirimkan cerita pendek ke majalah atau koran. Dan, ketika beberapa kali surat saya dimuat di bagian surat pembaca tabloid, rasanya senang bukan main. Mungkin kalau sekarang artinya tulisan dan bahasa yang saya gunakan sudah cukup ‘editorial’ hingga layak untuk dimuat. Selain itu, saya mulai tertarik dengan bagaimana seorang reporter di tabloid tersebut membahas sebuah film. Tak melulu menerangkan jalan cerita film, malah kebanyakan memberikan kritisi dan komentar menarik mengenai film tersebut. Bisa dibilang, gaya menulis review film saya terinspirasi oleh tulisan di tabloid itu.

Komik Jepang dan novel-novel terjemahan menjadi jenis literatur yang saya baca dan kumpulkan waktu SMP hingga SMA. Semua ini membuat imajinasi saya bertambah kaya. Pikiran saya kadang dianggap aneh oleh teman-teman sekolah. Akibatnya, saya tak pernah tertarik untuk main game konsol semacam Sega, Nintendo, ataupun PlayStation. Tantang saya untuk bermain itu semua, maka dijamin saya akan kalah telak. Bagi saya, berimajinasi melalui buku-buku yang saya baca jauh lebih mengasyikkan daripada bermain game.

Karena dorongan dari Orangtua lah, saya akhirnya masuk jurusan IPA saat SMA. Sayangnya, sebenarnya minat saya pada bahasa dan sastra sangat tinggi, namun waktu itu di SMA tak dibuka kelas bahasa. Saya sebenarnya tak menyesali keputusan ini, walau toh, akhirnya saya malah berkecimpung di dunia keuangan dan bertemu dengan hal yang paling saya benci saat sekolah dulu: akuntansi dan pembukuan! Jadi kalau diminta mendeskripsikan diri, saya adalah lulusan IPA yang bekerja sebagai finance controller dan memiliki minat yang tinggi dalam karya tulis dan bahasa. Hahaha…

Mengambil jurusan informatika saat lulus SMA tak membuat saya gape dengan internet. Bekerja di sebuah bank dan melanjutkan kuliah membuat saya meninggalkan hobi tulis-menulis saya. Walau sesekali, saya membuat sebuah cerita, tapi semua itu hanya tersimpan sehingga tak ada orang lain yang benar-benar membacanya. Perkenalan dengan blog justru dimulai saat booming situs pertemanan Friendster. Saya yang sangat terlambat mengenal Friendster, mulai menulis curhatan dan artikel. Di tahun itu juga saya mengenal forum-forum yang ada di internet.

Iseng-iseng saya memposting cerita bersambung di sebuah forum dengan nama akun anonim yang ternyata disukai banyak orang. Saat itulah saya merasakan sesungguhnya sensasi luar biasa saat karya tulis yang kita buat dibaca dan dikomentari banyak orang. Berikutnya saya mulai rajin memposting artikel di catatan Facebook. Sayangnya, tulisan jenis ini hanya terbatas dibaca oleh teman-temanmu sendiri. Selain itu, ada kekhawatiran nasib blog-facebook ini akan berakhir seperti blog friendster yang lenyap tak bersisa saat situs tersebut ditutup. Itulah sebabnya, saya mulai melirik beberapa situs penyedia layanan blogging seperti blogspot dan wordpress. Dari situlah saya mulai rajin memposting beberapa tulisan saya. Sialnya, saat itu juga saya diajak untuk bergabung dengan situs ruangnonton asuhan salah satu rekan saya. Di situ beberapa tulisan resensi film pernah saya posting. Saat situs tersebut terpaksa ditutup, banyak postingan resensi film saya yang hilang tanpa jejak tanpa pernah saya buat salinannya di blog pribadi saya.

Selanjutnya, kegilaan saya muncul. Saya yang mendadak tak menyukai tampilan blogspot, beralih membuat blog di wordpress. Semua artikel saya di blogspot dimusnahkan begitu saja. Awalnya saya kurang rajin memposting artikel. Miris rasanya melihat pengunjung blog yang hanya berjumlah hitungan jari. Sempat terlalu sibuk dengan pekerjaan, tahun 2011 adalah tahun yang paling tidak produktif bagi saya sebagai blogger. Bayangkan! dalam setahun saya hanya memposting 4 tulisan saja! Saya yang rajin menulis review film seolah kehilangan semangat.

Titik balik kemalasan saya terjadi sekitar bulan Februari tahun 2012 ini. Awalnya iseng-iseng saya mengikutsertakan salah satu review film saya “Sang penari” sebagai bahan pertimbangan mengikuti acara nonton bareng film Negeri 5 Menara yang diadakan oleh portal berita VIVA News dengan para Vloggers, sebutan para blogger yang tergabung dalam VIVALog, kanal khusus blogger yang mengakomodir artikel blogger hingga dibaca oleh banyak orang. Dari situ, saya mulai membuka wawasan dan tidak lagi menjadi seorang blogger single-fighter. Apresiasi yang saya terima saat memenangkan lomba menulis review film Negeri 5 Menara menjadi semacam momentum yang melecutkan jiwa kompetitif saya. Melihat postingan kita dibaca ratusan orang tak lagi sejumlah jari tangan, menjadi semacam dopping bagi saya untuk terus menulis dan memposting artikel saya di situs tersebut. Memang, tak semua artikel diloloskan oleh admin VIVALog, tapi itu menjadi sebuah semangat agar saya tak berhenti menulis sesuatu yang sekiranya bisa bermanfaat bagi orang lain saat membacanya, dan juga cukup editorial serta layak untuk dimuat dari segi bahasa.

Sebenarnya banyak yang bisa saya posting dalam blog. Misalnya, saya yang sering berkesempatan pergi ke luar kota dalam rangka pekerjaan, bisa menuliskan artikel tentang wisata dan kunjungan. Kesukaan saya menonton film, saya tuangkan dalam bentuk review sebagai bahan pertimbangan orang lain untuk menonton film. Kenyinyiran saya, bisa saya tuliskan dalam artikel yang isinya sindiran. Hehehe… Nah, selama tahun 2012 ini, walau tak banyak, ada beberapa pengalaman menarik yang saya dapatkan dari hasil ngeblog.

1. Memenangkan hadiah Review film Negeri 5 Menara

Ini adalah kontes sekaligus hadiah pertama yang saya terima dari tulisan saya yang ada di blog.

2. Ikut acara buka puasa bareng artis Pesbukers ANTV

Kalau tidak ikut acara ini, mungkin saya tidak tahu rasanya berkunjung ke stasiun televisi dan ikut mewawancarai direktur utamanya.

3. Nonton bareng Premiere film Rumah Kentang

Bertemu dan wawancara langsung dengan seorang sutradara kenamaan di perfilman tanah air, Jose Poernomo adalah berkah tersendiri mengikuti acara ini.

4. Menjadi Kontributor majalah DiveMag Indonesia

Dihubungi langsung oleh Riyanni Djangkaru, mantan presenter acara Jejak Petualang yang kini menjabat Editor-in-chief majalah travel yang berfokus pada hobi diving tersebut adalah sesuatu yang membanggakan saya. Berkat postingan saya mengenai belut raksasa Morea di Ambon, nama dan wajah saya terpampang di majalah tersebut menjadi seorang kontributor. Sesuatu hal yang saya idam-idamkan selama ini.

Lihat kan? banyak hal-hal menarik yang bisa kita dapatkan ketika menjadi seorang blogger. Saya yakin, akan ada momen-momen spektakuler lagi yang akan saya alami di kemudian hari selama kita tidak berhenti menulis dan rajin memposting berbagai artikel dalam upaya menghidupkan blog pribadi kita. Selamat Hari Blogger Nasional! Tetaplah menulis, tetaplah ngeblog!



txcate.blogspot.com

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar