Kamis, 31 Oktober 2013

Home » » Mengunjungi Keajaiban Dari Kepulauan Karimun

Mengunjungi Keajaiban Dari Kepulauan Karimun

Dunia Informasi - Setelah diadakan di Pantai Kartini, Jepara, karena air pasang, rekan kerja saya, yang seorang fotografer, dan aku akhirnya melangkah di Kepulauan tanah Karimun, Jawa Tengah pada awal Oktober. Saya mabuk selama perjalanan laut dan akhirnya terbayar juga setelah melihat keindahan pulau ini.

Di bawah jembatan pelabuhan, terlihat rumput laut dan kawanan ikan-ikan kecil yang terlihat jelas. Kemudian aku pergi ke desa Batulawang, Kecamatan Kemujan, Kabupaten Jepara, dengan waktu perjalanan sekitar dua jam.


Pulau Karimun, Jawa Tengah

Selama perjalanan, kami melewati berbagai banyak keunikan dan mata menangkap penampakan yang menakjubkan, termasuk baris pohon bakau membentuk dua meter dari pagar alam. Perjalanan kita berlanjut jauh ke hutan mangrove dimana tidak ada jalan aspal. Tepat setelah senja, kami tiba di Bugis village. Ada 150 keluarga yang tinggal di rumah khas Bugis yang disebut Laikas.



Orang-orang Bugis telah menetap dan tinggal di Pulau kemojan sejak 1932. Menurut Abdullah, salah satu keturunan Bugis, leluhur Bugis mereka melarikan diri dari Makassar setelah kerusuhan dari PRRI Permesta. Karena waktu itu sudah gelap saat kami tiba, jadi kami tidak bisa melakukan wisata lain.



Pada pagi berikutnya, kami menyewa sepeda motor dengan harga sewa sebesar Rp 150.000, dengan perjalanan kami kembali ke Batulawang kami menemukan tempat-tempat yang lebih menarik di sekitar Desa Bugis. Mengendarai sepeda motor juga lebih murah dan lebih efisien daripada mengendarai mobil sewaan yang harganya Rp500, 000 menjadi Rp 650.000. Selain itu, dengan mengendarai sepeda motor kita dengan bebas bisa mampir di setiap tempat dan bisa mengambil gambar sesuai keinginan kita.

Setelah 15 menit naik Tanjong pelacakan, Abdullah menyebutnya sebagai, pemandangan laut scape. Namun, kami mendapatkan jalan yang cukup keras saat kita mendekati pantai. Kami orang berkuda di perbukitan batu karang. Aku bisa melihat banyak lubang-lubang kecil di mana togogi atau kepiting tanah tinggal.

Setengah jam kemudian, kami tiba di karpet putih besar yaitu pasir air laut. Hanya 5 meter dari pantai, saya menemukan karang dan vegetasi laut lain seperti rumput laut dan bintang laut beracun. Aku melangkah dengan hati-hati sehingga saya tidak akan menghancurkan karang.

Pantai ini sangat dangkal sehingga aku bisa berjalan hingga 100 meter ke laut. Antara air dangkal dan mendalam, sekitar tujuh meter ada karang yang menonjol, disebut karang pernikahan pasangan. Karang tersebut memang terlihat seperti dua bentuk manusia. Menurut legenda lokal, kedua batu itu adalah representasi dari Fatimah dan Ahmad yang melarikan diri karena keluarganya tidak memberkati hubungan mereka. Kemudian Mereka dikatakan tenggelam dalam kebahagiaan, mereka egois dan dikutuk oleh seorang pertapa menjadi batu. Oleh karena itu, penduduk setempat percaya bahwa pasangan yang mengunjungi batu itu akan memiliki hubungan yang tahan lama.

Menurut Turyadi, salah satu penduduk setempat, mengatak kalau ada gua bawah air dengan 700 sentimeter lebar masuk di bawah karang. Aku bisa melihat ikan makarel yang melompat keluar dari laut. Kami melanjutkan perjalanan ke pulau-pulau kecil dan menggunakan perahu nelayan. Tujuan pertama kami adalah Pulau Menjangan Besar. Dan itu pertama kalinya aku berenang bersama sekelompok hiu banteng jinak (Carcharhinus leucas). Kemudian, kami senang melihat mata ikan-ikan kecil berenang di air yang jernih dari Pulau Menjangan Kecil. Ikan yang begitu cepat, sehingga tak seorang pun bisa menangkapnya.

Tujuan terakhir kami adalah Tanjung Gelam, sekitar 15 menit dari Pulau Menjangan Kecil. Pulau ini telah memberi kami air hangat dan pemandangan matahari terbenam yang indah. Limabelas menit kemudian, kami tiba kembali di pelabuhan. Didesak oleh rasa lapar, kami mencoba untuk bersantap di squid sate dengan kubus beras. Makanan dari piring yang sedang dipatok dengan harga Rp12, 000. Perut penuh dan saya puas setelah perjalanan. Saya istirahatkan tubuh malam itu untuk menghilangkan rasa lelah, karena besok perjalanan dimulai lagi, untuk kembali ke Pantai Kartini Jepara.

Via:Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar