Rabu, 05 Maret 2014

Home » » KORBAN KLOROFIL K-LINK

KORBAN KLOROFIL K-LINK

Dunia Informasi – Inilah yang saya takutkan… kalo kita mau sedikit jujur… terkadang kita dalam menjelaskan sebuah manfaat produk… terlalu berlebihan, sehingga orang awam menangkap bahwa produk ini adalah sebuah satu2nya solusi… Sekali lagi.. ini adalah salah kita juga… lain kali lebih diperhatikan untuk promosi yg berlebihan…

Empat hari jalani perawatan di RSUP H Adam Malik, Ngatini alias Maulida (38) akhirnya menghembuskan nafas terakhir, dinihari kemarin (6/4). Diagnosa dokter, warga Dusun II, Desa Telaga Tujuh, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang ini, tewas karena gagal ginjal akut akibat keracunan suplemen K Link.

Foto: Ngatini saat Dalam Perawatan intensif di RSUP H Adam Malik

Awalnya, Ngatini hanya mengeluhkan flu, batuk dan mual yang dialaminya sekitar 2 bulan lalu. Usai dirawat di RSU Bidadari Jalan Perintis Kemerdekaan, Binjai Utara, Ngatini sembuh dan pulang ke rumah. Beberapa hari di rumah, sebuah tawaran yang akhirnya merenggut nyawa, sampai kepada M Nur, suami Ngatini. Ngatini disarankan mengkonsumsi suplemen. Tawaran itu sempat tak digubris M Nur.

Beberapa hari berikutnya, kediaman pasutri ini kedatangan tamu yang mengaku dari perusahaan obat-obatan alami bernama K-Link. Seorang diantaranya bernama Mala, PNS Puskesmas Stabat. Ngatini diperkenalkan berbagai produk K-Link. Diantaranya, Liquid Chlorofil, Vita Plus, Gamet Vitagel untuk menyembuhkan penyakit gatal dan Kino.

Bujukan Mala dan temannya berhasil. Kebetulan Ngatini juga menderita gatal-gatal hingga dia membeli suplemen K-Link, termasuk Larutan Organik Spirulina senilai Rp 1,5 juta. Usai dikonsumsi, Ngatini merasakan aneh. Badannya gatal luar biasa hingga ke wajahnya. Kedua sales yang sebelumnya menawarkan obat-obatan itu dihubungi dan Ngatini menjelaskan efek obat yang dikonsumsinya.

Ngatini malah disarankan mengoleskan Liquid Chlorofil ke seluruh tubuh yang gatal tanpa dicampur air. Itu hanya reaksi obat saja, tutur sales itu. Anjuran itu diikuti. Anehnya, rasa gatal itu makin parah. Parahnya, kulit Ngatini malah menghitam dan menggelembung. M Nur pun melarikan istrinya ke RSUP H Adam Malik.

Selama dirawat, Ngatini harus tidur beralaskan daun pisang dan dilapis handuk karena selalu kepanasan. Dr Azwan Hakmi Lubis, dokter yang ikut menangani penyakit Ngatini mengaku, kematian wanita itu akibat gagal ginjal akut usai mengkonsumsi obat-obatan K-Link. “Korban terkena penyakit gagal ginjal akut akibat minum suplemen itu. Namun kita belum bisa pastikan yang mana antara lima suplemen itu yang membuat kulitnya menjadi berubah seperti itu,”ujarnya.

Terpisah, Kabag Hukum Dan Humas Drg Atmawijaya yang saat itu juga berada di ruangan Dr Azwan menjelaskan telah melakukan pencucian darah dua kali pada Ngatini. “Itu berguna untuk membersihkan racun-racun yang ada didalam tubuhnya. Ngatini meninggal sekira pukul 4 pagi yang langsung dibawa pihak keluarga kerumahnya,”tambahnya.

Sementara itu, M Nur mengaku akan mencari keadilan. “Menurut keterangan dari dokter penyakit dalam dan ginjai RS Adam Malik, kadar uremium istri aku sangat tinggi. Mencapai 280, sementara kadar urenium untuk manusia normal 50. Dari situlah diketahui istri aku keracunan akibat penggunaan obat-obatan itu,”ujar M Nur.

Selama istrinya dirawat di RS Adam Malik, mereka sempat didatangi pihak yang mengaku perwakilan K-Link di Medan. M Nur diajak berdamai dan kerjasama serta tak mengekspos kejadian yang menimpa istrinya kepada media. Bahkan dia juga dijanjikan akan dibawa ke Jakarta untuk audensi pada konsumen K-Link soal kehebatan obat-obatan produk K-Link dan kematian istrinya bukan karena suplemen tersebut.

Kontan permintaan itu ditentang M Nur. “Sekarang yang saya minta pertanggungjawaban pihak K-Link terhadap istri saya. Jangan anda memikirkan kerjasama untuk mempromosikan obat-obatan anda,”tentang M Nur dan sempat berdebat. “Bagaimana mungkin saya menerima tawaran K-Link untuk membuat perdamaian secara lisan. Diminta pakai segel, mereka tak mau. Malah yang dipikirkannya asik masalah obat-obatannya saja, bukan dipikirkannya pertanggungjawaban produk mereka istri saya. Aku juga diancam gini, jangan sampai berita tentang ini disampaikan kepada media, karena segala biaya perobatan dan biaya pemakaman tak akan jadi tanggungan kami,”tandas M Nuh kepada POSMETRO MEDAN.

5 dokter penyakit dalam dan penyakit ginjal RSUD Adam Malik Medan, menyatakan bahwa nyawa Ngatini tidak tertolong akibat tingginya kadar uremium dalam tubuh. Ginjal pun mengalami pembengkakan serta pembuluh darah pecah akibat panas dalam tubuh. Pompa jantung terpacu begitu cepat hingga tak mampu menahan gejolak yang terjadi dalam tubuhnya.

Namun tudingan itu dibantah K-Link Indonesia. Temu pers yang dihadiri Corpororate Affairs Manager Bayu Riono, Penanggung Jawab Produk Fatma Dwi Amartani, dr Anggia dan dr Yosephin Silitongga. dr Anggia menuturkan, penyakit yang diderita oleh Ngatini merupakan jenis Stevens Johnson Syndrome, yang terjadi akibat efek dari keracunan obat yang terakumulasi pada tubuh pasien. Hal ini biasa terjadi, katanya, salah satunya disebabkan karena penggunaan obat yang tidak benar. Namun, untuk membuktikan hal itu, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut termasuk autopsi jasad Ngatini yang telah dikuburkan.

“Tidak relevan gagal ginjal yang divonis oleh dokter Haji Adam Malik,” ucapnya yang berkilah tidak ada membela siapa pun. Anehnya, dr Anggia bukanlah dokter yang menangani kondisi Ngatini dan mengaku mendapat hasil resume medis dokter yang menangani Ngatini, yakni dokter Dika. “Saya hubungi via telepon, dokter yang menangani pasien kebetulan adik stambuk saya. Saya pinjam medical recordnya dan dr Dika tidak berani memutuskan penyebab kematian pasien,” ungkapnya.

Sementara, Penanggung Jawab Produk PT K-Link Indonesia Fatma Dwi Amartani, menilai obat-obatan yang diproduksi oleh pihaknya tanpa ada kecacatan. “Itu tidak mungkin terjadi. Karena bahan yang digunakan dari bahan-bahan alami,” ucapnya.

Sumber:
www.posmetro-medan.com
http://bannerku.wordpress.com/2009/04/08/korban-klorofil-k-link/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar