Jendela Informasi Nusantara - Jendela Informasi Dunia - Berbagi Apa Saja dalam Indahnya Berbagi
Rabu, 13 Maret 2013
Home »
News
,
Tips Kesehatan
»
Tempuyung, Tanaman Liar Peluruh Batu Ginjal
Sekilas tidak ada yang menarik dari tanaman tempuyung yang tumbuh liar bersama rerumputan di kebun dan di pinggir jalan. Namun berdasarkan pengalaman empiris, rebusan tanaman ini manjur meluruhkan kristal oksalat alias batu ginjal.
Tanaman yang memiliki nama ilmiah Sonchus arvenshis (L) ini memiliki lembaran-lembaran daun yang lebar, namun secara keseluruhan ukurannya tidak lebih lebar dari piring makan. Warnanya pun hijau kusam dan sama sekali tidak menarik untuk dijadikan tanaman hias.
Tetapi di kalangan penderita batu ginjal, tenaman tempuyung sudah tidak terlalu asing karena sering dijadikan terapi pelengkap atau komplementer sebagai peluruh batu ginjal. Konon kandungan kaliumnya mampu memecah kristal oksalat dan kalsium karbonat pembentuk batu ginjal.
Seperti dikutip dari ff.unair.ac.id, Rabu (13/3/2013), khasiat tempuyung pernah diteliti oleh Prof Dr Sarjito dari Yogyakarta. Dalam eksperimennya, Sarjito merendam batu ginjal dari manusia dalam air rebusan daun tempuyung dengan suhu tertentu.
Hasil pengamatan menunjukkan, bobot batu ginjal berkurang sementara kadar kalsium dalam air rendaman bertambah. Temuan ini menunjukkan bahwa kalsium yang merupakan salah satu unsur pembentuk batu ginjal bisa pecah oleh rendaman daun tempuyung.
Meski demikian, penggunaan air rebusan daun tempuyung sebagai terapi medis saat ini belum banyak dilakukan. Kalaupun ada, sifatnya masih sebagai komplementer atau pelengkap pengobatan moderen dan bukan sebagai alternatif pengganti yang lebih manjur.
Demikian juga ketika detikHealth mencoba meminta pendapat internis atau dokter penyakit dalam dengan subspesialisasi ginjal dan hipertensi. Khasiat tempuyung yang sudah sejak lama digunakan secara tradisional masih dianggap belum jelas betul.
"Wah itu saya ga bisa jawab. Belum ada penelitian. Minum yang banyak saja cukup kok, sehari 3 liter," kata Dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH dari Universitas Indonesia, saat ditemui dalam Annual Woman's Health Expo beberapa waktu yang lalu.
(detik/13/3/13)
Tempuyung, Tanaman Liar Peluruh Batu Ginjal
Sekilas tidak ada yang menarik dari tanaman tempuyung yang tumbuh liar bersama rerumputan di kebun dan di pinggir jalan. Namun berdasarkan pengalaman empiris, rebusan tanaman ini manjur meluruhkan kristal oksalat alias batu ginjal.
Tanaman yang memiliki nama ilmiah Sonchus arvenshis (L) ini memiliki lembaran-lembaran daun yang lebar, namun secara keseluruhan ukurannya tidak lebih lebar dari piring makan. Warnanya pun hijau kusam dan sama sekali tidak menarik untuk dijadikan tanaman hias.
Tetapi di kalangan penderita batu ginjal, tenaman tempuyung sudah tidak terlalu asing karena sering dijadikan terapi pelengkap atau komplementer sebagai peluruh batu ginjal. Konon kandungan kaliumnya mampu memecah kristal oksalat dan kalsium karbonat pembentuk batu ginjal.
Seperti dikutip dari ff.unair.ac.id, Rabu (13/3/2013), khasiat tempuyung pernah diteliti oleh Prof Dr Sarjito dari Yogyakarta. Dalam eksperimennya, Sarjito merendam batu ginjal dari manusia dalam air rebusan daun tempuyung dengan suhu tertentu.
Hasil pengamatan menunjukkan, bobot batu ginjal berkurang sementara kadar kalsium dalam air rendaman bertambah. Temuan ini menunjukkan bahwa kalsium yang merupakan salah satu unsur pembentuk batu ginjal bisa pecah oleh rendaman daun tempuyung.
Meski demikian, penggunaan air rebusan daun tempuyung sebagai terapi medis saat ini belum banyak dilakukan. Kalaupun ada, sifatnya masih sebagai komplementer atau pelengkap pengobatan moderen dan bukan sebagai alternatif pengganti yang lebih manjur.
Demikian juga ketika detikHealth mencoba meminta pendapat internis atau dokter penyakit dalam dengan subspesialisasi ginjal dan hipertensi. Khasiat tempuyung yang sudah sejak lama digunakan secara tradisional masih dianggap belum jelas betul.
"Wah itu saya ga bisa jawab. Belum ada penelitian. Minum yang banyak saja cukup kok, sehari 3 liter," kata Dr Parlindungan Siregar, SpPD-KGH dari Universitas Indonesia, saat ditemui dalam Annual Woman's Health Expo beberapa waktu yang lalu.
(detik/13/3/13)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar