Jumat, 08 Maret 2013

Home » » Modal Kreativitas, Mampu Ekspor Sepeda Bermesin Pemotong Rumput

Modal Kreativitas, Mampu Ekspor Sepeda Bermesin Pemotong Rumput

Foto: Modal Kreativitas, Mampu Ekspor Sepeda Bermesin Pemotong Rumput

Meski tak punya bekal pendidikan mesin, hanya bermodal kreativitas dan semangat serta didukung keluarga, usaha yang digeluti Moh Wakhid (46) warga Dusun Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, DIY ini, produksi sepeda bermesin pemotong rumputnya mampu menembus pasar nasional maupun internasional, khususnya ke Australia.
Berbekal dengan keahliannya membengkel di rumahnya, Wakhid yang sehari-sehari sebagai PNS di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta, mampu menciptakan sepeda yang dapat berjalan dengan dua model yaitu konvensional dengan dikayuh dan mengunakan mesin pemotong rumput.
Ide membuat sepeda dengan menggunakan penggerak mesin pemotong rumput ini dimulai dari sendau gurau sang kakak, yang memintanya membuatkan sepeda onthel bermesin layaknya sepeda motor.
"Kakak saya yang iseng kasih tantangan, bisa ngga buat sepeda bermesin tapi pakai mesin pemotong rumput. Awalnya ragu-ragu, tetapi kemudian tantangan itu bisa saya wujudkan hingga saat ini," kata pria yang hanya lulusan SMA ini kepada VIVAnews, Kamis 7 Maret 2013.
Wakhid menuturkan, bukan tanpa kendala usahanya membuat sepeda bermesin pemotong rumput. Kurang lebih selama satu tahun, bapak empat anak ini akhirnya sukses menemukan formulasi yang tepat agar roda sepeda bisa digerakkan oleh mesin pemotong rumput.

Cara kerja yang digunakan sederhana, layaknya sepeda motor. Hanya saja, dirinya harus mengukur seberapa besar perbandingan gerigi agar mudah menggerakkan roda sepeda.
"Tadinya tak mampu menggerakkan roda sepeda, namun dengan modifikasi pada rasio gigi akhirnya bisa bergerak sempurna," jelasnya.
Mesin pemotong rumput berkapasitas 30 cc dan bahan bakar besin campur sukses membuat sepeda onthel bergerak layaknya sepeda motor. Bedanya, bila mesin mati, sepeda ini masih bisa dikayuh secara manual.
Secara fisik, sepeda mesin ini tak banyak berubah, selain dilengkapi mesin pemotong rumput yang dimodifikasi juga terdapat komponen seperti hand stater, busi dan tombol berhenti.
Sepeda mesin yang mengusung merk Fanderly (Faiz wonder cycle) ini, setelah melalui beberapa kali uji coba, mampu menempuh perjalanan jauh.
"Pernah menempuh jalur Yogya Borobudur pulang pergi. Dengan satu liter bahan bakar bensin campur mampu menempuh rute sejauh 80 km dengan kecepatan sekitar 40 km per jam," ujarnya.

Yang membuat sepeda mesin karya suami Juhaina ini semakin unik adalah desain sepeda yang dibuat sendiri. Beberapa jenis sepeda pun sudah mampu diproduksi Wakhid di antaranya sepeda Jawa klasik, model retro, dan sepeda model MTB. Bahkan dalam perkembangannya, kini ia juga sukses membuat  otopet bermesin. "Sekarang juga sudah ada otopet bermesin, desainnya juga saya buat sendiri," ungkapnya.
Sedikitnya, 1.000 unit sepeda telah diproduksi pria berperawakan kurus ini, setelah sukses mengawali produksi perdanan di awal tahun 2000 silam. "Pertama kali langsung di pakai kakak saya untuk ke kantor. Ada yang berminat pembeli dari Australia, dan langsung memesan 300 unit," kata Wakhid.
Gempa besar yang mengguncang DIY dan sekitarnya pada 2006 silam, turut menghambat produksi sepeda listriknya.
Sementara itu, peminat sepeda dan otopet bermesin datang dari berbagai penjuru kota Indonesia, selain itu juga datang dari luar negeri.
Setiap harinya, Wakhid bisa ditemui di showroom sepeda dan otopet dengan label Fanderly di Jalan P. Senopati 52 A Palbapang Bantul. Untuk harga sebuah sepeda bermesin, Wakhid membanderolnya sekitar Rp3,5 juta. "Untuk harga otopet tergantung modelnya, rata-rata sekitar Rp2 jutaan," imbuh salah seorang karyawan Wakhid.
(viva/8/3/13)

-------------------------------------------------------------
BERBAGAI MACAM MINIATUR KAYU, COCOK UNTUK MELENGKAPI HIASAN DI RUANG TAMU ANDA, HANTA Rp.35.000 klik http://bit.ly/WXR3q4 

 Meski tak punya bekal pendidikan mesin, hanya bermodal kreativitas dan semangat serta didukung keluarga, usaha yang digeluti Moh Wakhid (46) warga Dusun Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, DIY ini, produksi sepeda bermesin pemotong rumputnya mampu menembus pasar nasional maupun internasional, khususnya ke Australia.

Berbekal dengan keahliannya membengkel di rumahnya, Wakhid yang sehari-sehari sebagai PNS di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta, mampu menciptakan sepeda yang dapat berjalan dengan dua model yaitu konvensional dengan dikayuh dan mengunakan mesin pemotong rumput.


Ide membuat sepeda dengan menggunakan penggerak mesin pemotong rumput ini dimulai dari sendau gurau sang kakak, yang memintanya membuatkan sepeda onthel bermesin layaknya sepeda motor.
"Kakak saya yang iseng kasih tantangan, bisa ngga buat sepeda bermesin tapi pakai mesin pemotong rumput. Awalnya ragu-ragu, tetapi kemudian tantangan itu bisa saya wujudkan hingga saat ini," kata pria yang hanya lulusan SMA ini kepada VIVAnews, Kamis 7 Maret 2013.


Wakhid menuturkan, bukan tanpa kendala usahanya membuat sepeda bermesin pemotong rumput. Kurang lebih selama satu tahun, bapak empat anak ini akhirnya sukses menemukan formulasi yang tepat agar roda sepeda bisa digerakkan oleh mesin pemotong rumput.

Cara kerja yang digunakan sederhana, layaknya sepeda motor. Hanya saja, dirinya harus mengukur seberapa besar perbandingan gerigi agar mudah menggerakkan roda sepeda.
"Tadinya tak mampu menggerakkan roda sepeda, namun dengan modifikasi pada rasio gigi akhirnya bisa bergerak sempurna," jelasnya.


Mesin pemotong rumput berkapasitas 30 cc dan bahan bakar besin campur sukses membuat sepeda onthel bergerak layaknya sepeda motor. Bedanya, bila mesin mati, sepeda ini masih bisa dikayuh secara manual.
Secara fisik, sepeda mesin ini tak banyak berubah, selain dilengkapi mesin pemotong rumput yang dimodifikasi juga terdapat komponen seperti hand stater, busi dan tombol berhenti.
Sepeda mesin yang mengusung merk Fanderly (Faiz wonder cycle) ini, setelah melalui beberapa kali uji coba, mampu menempuh perjalanan jauh.


"Pernah menempuh jalur Yogya Borobudur pulang pergi. Dengan satu liter bahan bakar bensin campur mampu menempuh rute sejauh 80 km dengan kecepatan sekitar 40 km per jam," ujarnya.

Yang membuat sepeda mesin karya suami Juhaina ini semakin unik adalah desain sepeda yang dibuat sendiri. Beberapa jenis sepeda pun sudah mampu diproduksi Wakhid di antaranya sepeda Jawa klasik, model retro, dan sepeda model MTB. Bahkan dalam perkembangannya, kini ia juga sukses membuat otopet bermesin. "Sekarang juga sudah ada otopet bermesin, desainnya juga saya buat sendiri," ungkapnya.


Sedikitnya, 1.000 unit sepeda telah diproduksi pria berperawakan kurus ini, setelah sukses mengawali produksi perdanan di awal tahun 2000 silam. "Pertama kali langsung di pakai kakak saya untuk ke kantor. Ada yang berminat pembeli dari Australia, dan langsung memesan 300 unit," kata Wakhid.
Gempa besar yang mengguncang DIY dan sekitarnya pada 2006 silam, turut menghambat produksi sepeda listriknya.


Sementara itu, peminat sepeda dan otopet bermesin datang dari berbagai penjuru kota Indonesia, selain itu juga datang dari luar negeri.
Setiap harinya, Wakhid bisa ditemui di showroom sepeda dan otopet dengan label Fanderly di Jalan P. Senopati 52 A Palbapang Bantul. Untuk harga sebuah sepeda bermesin, Wakhid membanderolnya sekitar Rp3,5 juta. "Untuk harga otopet tergantung modelnya, rata-rata sekitar Rp2 jutaan," imbuh salah seorang karyawan Wakhid.


(viva/8/3/13) via Koran facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar