Selasa, 08 April 2014

Home » , » Wisata Lamongan Pun Menjadi Andalan

Wisata Lamongan Pun Menjadi Andalan


KOMPAS/ADI SUCIPTO Remaja di Sendangduwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membatik sepulang sekolah. Mereka mendapatkan upah hingga Rp 200.000 per lembar batik jenis kain sutra. Batik tulis khas Lamongan di Sendangduwur dijual mulai dari Rp 200.000 hingga Rp 1,2 juta per lembar.


Dunia Informasi – WILAYAH Kabupaten Lamongan yang sebelumnya termasuk daerah tertinggal di Jawa Timur, sejak tahun 2000 terus menggeliat. Sektor wisata kini menjadi salah satu andalan yang mampu menyumbang pendapatan asli daerah hingga miliaran rupiah.

Perpaduan wisata alam, wisata ziarah, dan wisata pantai yang berada di seputaran Kecamatan Paciran mempermudah akses pengunjung menjangkau lokasi. Makam Sunan Drajat dan Sendangduwur serta Goa Maharani dan Wisata Bahari Lamongan, masing-masing menjadi daya tarik untuk mengundang wisatawan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan Eko Priyono menyebutkan, jumlah wisatawan yang menikmati obyek wisata di Lamongan pada 2013 mencapai 1.550.933 orang, 344 orang di antaranya wisatawan asing. Jumlah wisatawan itu lebih banyak dibandingkan pada tahun 2012, sebanyak 1.534.704 orang. Tahun lalu, wisatawan asing yang datang mengunjungi Maharani Zoo and Goa Lamongan (Mazoola) sebanyak 138 orang dan yang mengunjungi Wisata Bahari Lamongan (WBL) sebanyak 206 orang.

Untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, kata Eko, dilakukan serangkaian promosi dan pementasan seni budaya. Lamongan juga memiliki desa wisata di Sendangduwur, Kecamatan Paciran, dengan keunikannya sebagai sentra batik, bordir, serta kerajinan perhiasan emas dan perak.

”Itu diharapkan menjadi daya tarik wisatawan untuk belanja suvenir khas Lamongan,” katanya.

Eko menyebutkan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lamongan, dari sektor wisata, pada 2013 sesuai target, yakni Rp 14,343 miliar. Kontribusi terbesar ditunjang pemasukan dari Mazoola serta WBL sebesar Rp 13,5 miliar atau meningkat dibanding pemasukan pada 2012 sebesar Rp 12,5 miliar.

Obyek wisata Waduk Gondang memberi pemasukan untuk PAD sebesar Rp 231,481 juta, sedangkan Sunan Drajat sebesar Rp 611,3 juta. Sektor wisata bisa diandalkan untuk menambah pundi-pundi PAD Lamongan.

Direktur Utama Wisata Bahari Lamongan Aris Wibawa menuturkan, upaya untuk menarik jumlah wisatawan ke WBL dan Mazoola dilakukan dengan menambah wahana-wahana baru di WBL. Setiap tahun, diharapkan Aris, sedikitnya ada tiga wahana baru.

Hewan-hewan yang diperkirakan menjadi daya tarik wisatawan didatangkan, seperti singa afrika, harimau benggala, dan ular albino, untuk menambah koleksi satwa di Mazoola. Menurut Aris, jumlah kunjungan ke WBL dan Mazoola mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir, karena sejumlah daerah juga membuat konsep wisata buatan.

Berdirinya sejumlah wisata permainan air, seperti waterboom dan kolam renang, di sejumlah daerah, termasuk di Tuban dan Bojonegoro, juga berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan. ”Makanya, terobosan dan promosi sangat penting agar WBL dan Mazoola tetap menjadi tujuan wisata keluarga,” katanya.

Pada tahun lalu, ada 344 wisatawan asing yang mengunjungi Lamongan dari total 1.550.933 pengunjung. Wisatawan asing itu di antaranya 138 orang mengunjungi Mazoola, dan 206 orang mengunjungi WBL. Bahkan di antara pengunjung itu ada yang tertarik dengan batik khas Lamongan di Desa Sendangduwur.



KOMPAS/ADI SUCIPTO Wahana jet coaster di Wisata Bahari Lamongan yang berada persis di dekat laut terasa lebih memacu adrenalin. Sejumlah pengunjung yang menikmati wahana itu, Rabu (2/4/2014), berteriak histeris. Salah seorang pembatik, Anik Pujiati, menuturkan, ada dua orang dari Swiss yang membeli batiknya setelah melihat contoh produk batik khas Sendangduwur di WBL. Batik khas Lamongan dengan warna dasar putih itu, menurut mereka, menarik.

”Saya pun mengembangkan motif semanggi. Selain bergambar tanaman semanggi, juga punya makna dan spirit semangat tinggi. Batik di sini ada sejak dulu, bahkan sejak zaman Sunan Sendangduwur,” katanya, Rabu (2/4/2014).

Desa wisata

Desa Sendangduwur juga ditetapkan sebagai desa wisata sejak 2012 khususnya Desa Wisata Belanja hasil kerajinan tangan warga, mulai dari batik, bordir, hingga emas dan perak. Di desa itu terdapat 450 perajin batik, 26 di antaranya pengusaha. Selain itu, 120 perajin emas dan perak serta 65 perajin bordir. Sebanyak 1.502 dari 1.739 warga adalah perajin.

Perajin batik, Rukhyatin, berharap dengan berkembangnya sektor wisata di Lamongan juga mendongkrak penghasilan perajin. ”Batik sendangduwur akan menjadi cendera mata khas dari Lamongan. Meski demikian, sejauh ini, dampak penetapan sebagai desa wisata belum begitu terasa bagi perkembangan omzet kami,” tuturnya.

Menurut Rukhyatin, keberadaan WBL dan Mazoola yang berhadapan, dipisahkan Jalan Daendels, dan adanya makam Sunan Drajat dan Sunan Sendangduwur yang masih satu kawasan di Kecamatan Paciran sangat menguntungkan. Produk-produk perajin bisa dibuatkan ruang pamer khusus di setiap tempat tujuan wisata itu.

Sektor wisata bukan saja menjadi sumber PAD Kabupaten Lamongan, tetapi juga akan berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan warga. Geliat pariwisata itu juga menumbuhkan ekonomi warga dan tetap menjadi andalan bagi Lamongan. Bahkan anak-anak sepulang sekolah, terutama yang putri, bisa membatik, untuk menambah uang saku. (Adi Sucipto Kisswara)

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar