Provinsi Jawa Timur adalah ibu kota Surabaya, salah satu Provinsi yang ada di Indonesia, mempunyai banyak tujuan wisata yang tidak kalah dengan tujuan wisata Bali atau lombok, karena Jawa Timur merupakan tempat yang strategis, alamnya dan adat istiadatnya sangat mendukung, tidaklah mengherankan kalau Provinsi Jawa Timur banyak dikunjungi wisatawan domestik maupun Mancanegara.
Seperti Pantai tanjung papuma Jember berlokasi di desa sumberejo kecamatan ambulu kabupaten jember. Pantai ini berjarak sekitar 27 km dari pusat kota jember. Akses jalan menuju pantai ini sudah bagus dan beraspal, Pantai ini bisa di tempuh dengan menggunakan mobil, motor maupun menyewa mobil, dengan harga sekitar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)
sehari,,dalam perjalanan menuju pantai, mata pengunjung dimanjakan dengan pemandangan bukit dan hutan seluas .
kurang lebih 50 ha,sebelum masuk pantai di sisi jalan kiri dan kanan nampat hanparan pohon jati, palem. Serut dan berbagai jenis burung juga lutung yang bergelantungan dipohon..
Setelah melewati hutan, maka sampailah kita pada tujuan utama yaitu Pantai Papuma yang sungguh menajubkan pasirnya putih luas dan air laut berwarna biru bening ditambah dengan karang batu yang berjejer di bibir pantai.
Seperti Pantai tanjung papuma Jember berlokasi di desa sumberejo kecamatan ambulu kabupaten jember. Pantai ini berjarak sekitar 27 km dari pusat kota jember. Akses jalan menuju pantai ini sudah bagus dan beraspal, Pantai ini bisa di tempuh dengan menggunakan mobil, motor maupun menyewa mobil, dengan harga sekitar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)
sehari,,dalam perjalanan menuju pantai, mata pengunjung dimanjakan dengan pemandangan bukit dan hutan seluas .
kurang lebih 50 ha,sebelum masuk pantai di sisi jalan kiri dan kanan nampat hanparan pohon jati, palem. Serut dan berbagai jenis burung juga lutung yang bergelantungan dipohon..
Setelah melewati hutan, maka sampailah kita pada tujuan utama yaitu Pantai Papuma yang sungguh menajubkan pasirnya putih luas dan air laut berwarna biru bening ditambah dengan karang batu yang berjejer di bibir pantai.
Pemandangan ini seakan menyapa dan mengajak bersenda gurau, pada sisi kanan pantai terdapat perahu nelayan yang sedang bersandar atau beristirahat setelah bekerja seharian untuk
mendapatkan ikan, disisi kiri terdapat kelenteng tempat sembahyang umat Budha sehingga menambah daya tarik wisata dan adat budaya setempat.
Bagi pengunjung yang suka bakar ikan di pantai bisa membeli langsung ke nelayan, dengan harga cukup relatif murah sambil menikmati aroma pantai yang sejuk, kemudian pada sisi kiri pantai terdapat Kelenteng, dengan arsitek bangunan yang menawan didoiminasi warna merah kebiasaan bangunan klenteng pada umunnya.
Bagi pengunjung yang ingin bermalam, pengelola wisata menyediakan fasilitas hotel atau penginapan, dan prasarana lainnya. Selakyaknya sebagai tempat wisata, pemerintah kota diharapkan juga memperhatikan kebersihan lokasi agar nampak lebih indah sebagai pendukung destinasi yang sudah menarik ini. (muz)
Gunung Kelud Kediri
Gunung Kelud telah berubah setelah letusannya pada November 2007. Aktifitas puncak Gunung Kelud munculnya kubah dari danau kawah.
Saat ini, dengan kubah lavanya, Gunung Kelud terlihat lebih cantik daripada sebelumnya. Kubah Kelud terlihat seperti anak Gunung Kelud. Sangat menarik dan patut Anda lihat keindahannya.
Pengunjung kawasan wisata Gunung Kelud yang terletak di wilayah Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri makin dimanjakan dengan berbagai alternatif sasaran dan permainan wisata.
Selecta TulungRejo
Selecta berada di Desa Tulungrejo, Kota Batu yang dikeliling Gunung Arjuno, Welirang, dan Anjasmoro dengan keindahan panorama alam., Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar satu jam dari Kota Malang atau sekitar dua jam dari Surabaya. ”Selecta didirikan oleh warga Belanda Ruyter de Wildt. Awalnya, sebagai tempat peristirahatan bagi warga Belanda di Indonesia.
Direktur Utama Samuel Rusdi mengatakan sesuai dengan namanya Selecta, berasal dari Selectia artinya Pilihan. Kata ini lanjut Samuel dapat membuat suasana alami benar-benar terasa.
Dengan luas area 18 Ha berbukit, merupakan Taman Wista pertama di Jawa Timur berdiri sejak tahun 1930 – 1947 yang di kuasai Belanda pada saat itu, lalu di Bumi Hanguskan oleh para pejuang.
mendapatkan ikan, disisi kiri terdapat kelenteng tempat sembahyang umat Budha sehingga menambah daya tarik wisata dan adat budaya setempat.
Bagi pengunjung yang suka bakar ikan di pantai bisa membeli langsung ke nelayan, dengan harga cukup relatif murah sambil menikmati aroma pantai yang sejuk, kemudian pada sisi kiri pantai terdapat Kelenteng, dengan arsitek bangunan yang menawan didoiminasi warna merah kebiasaan bangunan klenteng pada umunnya.
Bagi pengunjung yang ingin bermalam, pengelola wisata menyediakan fasilitas hotel atau penginapan, dan prasarana lainnya. Selakyaknya sebagai tempat wisata, pemerintah kota diharapkan juga memperhatikan kebersihan lokasi agar nampak lebih indah sebagai pendukung destinasi yang sudah menarik ini. (muz)
Gunung Kelud Kediri
Gunung Kelud telah berubah setelah letusannya pada November 2007. Aktifitas puncak Gunung Kelud munculnya kubah dari danau kawah.
Saat ini, dengan kubah lavanya, Gunung Kelud terlihat lebih cantik daripada sebelumnya. Kubah Kelud terlihat seperti anak Gunung Kelud. Sangat menarik dan patut Anda lihat keindahannya.
Pengunjung kawasan wisata Gunung Kelud yang terletak di wilayah Kecamatan Ngancar Kabupaten Kediri makin dimanjakan dengan berbagai alternatif sasaran dan permainan wisata.
Selecta TulungRejo
Selecta berada di Desa Tulungrejo, Kota Batu yang dikeliling Gunung Arjuno, Welirang, dan Anjasmoro dengan keindahan panorama alam., Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar satu jam dari Kota Malang atau sekitar dua jam dari Surabaya. ”Selecta didirikan oleh warga Belanda Ruyter de Wildt. Awalnya, sebagai tempat peristirahatan bagi warga Belanda di Indonesia.
Direktur Utama Samuel Rusdi mengatakan sesuai dengan namanya Selecta, berasal dari Selectia artinya Pilihan. Kata ini lanjut Samuel dapat membuat suasana alami benar-benar terasa.
Dengan luas area 18 Ha berbukit, merupakan Taman Wista pertama di Jawa Timur berdiri sejak tahun 1930 – 1947 yang di kuasai Belanda pada saat itu, lalu di Bumi Hanguskan oleh para pejuang.
Pada tahun 1950 di bangun kembali oleh 47 Orang sebagai pendiri utama setelah Penjajah Belanda saat itu, yang saat ini tinggal 1 Orang, dan pada tahun 1952 – 1955 Presiden pertama RI Soekarno dan Wakil Presiden M. Hatta sering beristirahat di SELECTA, bahkan menjadi tempat untuk mengambil keputusan-keputusan pnting ke negaraan saat itu.
Ragam zona wisata untuk Orang dewasa dan anak2 di Selecta cukup lengkap. Karena, selain ada wisata hiburan, wisata alam, juga dilengkapi wisata kuliner, Kolam Renang, Taman Bunga dan Ada juga sepeda air, Goa Singa yang panjangnya 15m, wisata berkuda untuk berkeliling Selecta, hingga outbond dan flying fox.
Waduk Tanjungan -Kabupaten Mojokerto
Alam Waduk Tanjungan yang dibuat pada waktu Pemerintahan Orde Baru, berada di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Waduk ini dibangun Tahun 1981 dan diresmikan pada Tahun 1984, waduk ini tidak ada yang istimewa, sepi pengunjung bahkan terkesan angker dan sangar karena tak terawat.
Luas area Waduk Tanjungan mencapai 40 Ha, 19 Ha merupakan waduk yg berbentuk seperti danau dan sisanya 21 Ha daerah hutan jati, milik masyarakat setempat, tempat ini sangat cocok untuk memancing ikan, sambil santai menikmati pohon-pohon yang masih rindang, fasilitas yang disediakan pihak seperti toilet, tempat parkir dan pendopo atau tempat istirahat cukup memuaskan.
Pulau Merah – Banyuwangi
Ragam zona wisata untuk Orang dewasa dan anak2 di Selecta cukup lengkap. Karena, selain ada wisata hiburan, wisata alam, juga dilengkapi wisata kuliner, Kolam Renang, Taman Bunga dan Ada juga sepeda air, Goa Singa yang panjangnya 15m, wisata berkuda untuk berkeliling Selecta, hingga outbond dan flying fox.
Waduk Tanjungan -Kabupaten Mojokerto
Alam Waduk Tanjungan yang dibuat pada waktu Pemerintahan Orde Baru, berada di Desa Tanjungan, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Waduk ini dibangun Tahun 1981 dan diresmikan pada Tahun 1984, waduk ini tidak ada yang istimewa, sepi pengunjung bahkan terkesan angker dan sangar karena tak terawat.
Luas area Waduk Tanjungan mencapai 40 Ha, 19 Ha merupakan waduk yg berbentuk seperti danau dan sisanya 21 Ha daerah hutan jati, milik masyarakat setempat, tempat ini sangat cocok untuk memancing ikan, sambil santai menikmati pohon-pohon yang masih rindang, fasilitas yang disediakan pihak seperti toilet, tempat parkir dan pendopo atau tempat istirahat cukup memuaskan.
Pulau Merah – Banyuwangi
BANYUWANGI - Pulau Merah adalah sebuah pulau berbentuk bukit kecil dekat pantai dengan pantai berpasir putih sepanjang kurang lebih 3 km.
Pantai Pulau Merah terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Banyuwangi ke arah selatan. Perjalanan yang membutuhkan waktu dua setengah jam.
Sebagian kawasan pantai Pulau Merah berada di kaki Gunung Tumpang Pitu, yang menjulang ratusan meter, yang juga merupakan kawasan hutan lindung
Pantai Pulau Merah juga memiliki ombak yang bagus untuk surfing. Ketika laut surut, para pengunjung dapat mengunjungi tempat ini dengan berjalan kaki menikmati eunikan berupa gunung kecil yang berada ditengah pantai yang warna tanahnya berwarna merah, karena itu dinamakan pantai Pulau Merah
Di sebelah timur pantai terdapat pegunungan, yang konon kabarnya mempunyai kekayaan alam yang tersembunyi. ke sebelah selatan pulau kita dapat menikmati indahnya sunset di sore hari. +- 50 meter ke barat terdapat pelabuhan pelelangan ikan yang cukup besar.
Pantai pancer pada tahun 1996 pernah terjadi bencana alam yang sangat besar yaitu Tsunami, Tak sedikit warga pantai Pulau Merah yang menjadi korban saat itu, namun, keindahan pulau merah kembali pulih dengan ciri khasnya yang mungkin satu-satunya di banyuwangi.
Di area ini, dekat dengan pantai, ada pura yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk penyelenggaraan upacara Mekiyis, yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat Hindu.
Lereng Argopuro
Pantai Pulau Merah terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Banyuwangi ke arah selatan. Perjalanan yang membutuhkan waktu dua setengah jam.
Sebagian kawasan pantai Pulau Merah berada di kaki Gunung Tumpang Pitu, yang menjulang ratusan meter, yang juga merupakan kawasan hutan lindung
Pantai Pulau Merah juga memiliki ombak yang bagus untuk surfing. Ketika laut surut, para pengunjung dapat mengunjungi tempat ini dengan berjalan kaki menikmati eunikan berupa gunung kecil yang berada ditengah pantai yang warna tanahnya berwarna merah, karena itu dinamakan pantai Pulau Merah
Di sebelah timur pantai terdapat pegunungan, yang konon kabarnya mempunyai kekayaan alam yang tersembunyi. ke sebelah selatan pulau kita dapat menikmati indahnya sunset di sore hari. +- 50 meter ke barat terdapat pelabuhan pelelangan ikan yang cukup besar.
Pantai pancer pada tahun 1996 pernah terjadi bencana alam yang sangat besar yaitu Tsunami, Tak sedikit warga pantai Pulau Merah yang menjadi korban saat itu, namun, keindahan pulau merah kembali pulih dengan ciri khasnya yang mungkin satu-satunya di banyuwangi.
Di area ini, dekat dengan pantai, ada pura yang biasanya digunakan sebagai tempat untuk penyelenggaraan upacara Mekiyis, yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat Hindu.
Lereng Argopuro
Tak banyak yang tahu bahwa selama ini dataran tinggi Cikasur, di lereng Argopuro menyimpan pesona alam yang menakjubkan. Cikasur yang kini menjadi rebutan Pemkab Probolinggo dan Situbondo adalah dataran indah yang kerap dikunjungi kalangan pendaki dan pecinta alam.
Alam yang masuk belum terjamah manusia ini menjadi surga para pendaki. Sebelum mencapai puncak, mereka menempuh rute dari Pos Baderan, Kec. Sumbermalang, Situbondo atau melalui rute lain yakni turun di Pos Bermi, Krucil, Probolinggo. Atau sebaliknya, naik dari Pos Bermi turun di Baderan.
Selanjutnya dari Baderan, untuk mencapai Puncak Rengganis biasanya ditempuh dalam waktu 2-3 hari. Setelah melintasi rerimbunan hutan dengan aneka flora dan fauna, terbentang padang luas nan indah yang disebut Cikasur. Mirip sebutannya, padang rumput tebal itu seperti kasur.
Selorejo Park Menawarkan Keindahan Danau dan Wisata Petualangan
Kabupaten Malang memiliki banyak obyek wisata yang menarik dikunjungi, terutama wisata Alam. Topografi wilayah pegunungan dengan hawa sejuk, membuat kabupaten malang menjadi salah satu daerah destinasi favorit bagi wisatawan manca negara maupun domestik.
Salah satunya adalah Selorejo Park yang berada di kecamatan Ngantang letaknya ± 48 km dari kota Malang. Salah satu daya tarik dari obyek wisata ini adalah taman wisata, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan bendungan yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung Anjasmoro,gunung Kelud, serta gunung Kawi.
Pepohonan dengan tajuk sedang, dan hawa sejuk menambah suasana berlibur menjadi lebih menyenangkan. Sebenarnya, pesona yang ditawarkan pengelola dalam hal ini PT Jasa Tirta II adalah waduk Selorejo, namun seiring berkembangnya waktu, pembenahan infrastruktur dan sarana obyek wisata terus dikembangkan.
Mulai dari dermaga perahu yang mengangkut para wisatawan menikmati keindahan pemandangan bendungan Selorejo. Perahu ini menggunakan sarana perahu dayung atau perahu mesin. Kemudian, sarana outbound yang dikelola oleh dua operator yakni Outbound Indonesia “Dilibas” dan Tran’s Trek.
Konsep pengembangan wisata di Selorejo Park ini dilakukan seiring dengan makin banyaknya permintaan wisata jelajah alam. Ir Handri Kartiono MBA, pengelola Trans Trek mengatakan tren berwisata yang dilakukan oleh pengunjung mulai bergeser ke wisata petualangan, permainan dan eduwisata.
Pengunjung yang melakukan jelajah wisata, umumnya berasal dari instansi atau perusahaan. Berapa jumlahnya? ditanya demikian, Handri mengatakan dari dua operator outbound melayani sekitar 300-500 pengunjung perhari. “itupun belum termasuk pengunjung lokal yang datang ke selorejo” tuturnya.
Handri menambahkan, Para wisatawan ini menyukai wisata outbound yang dikemas dengan game dan edukasi, seperti Flying Fox, War Game, Rafting, hingga Mini Race.
Mini Track, imbuh Handri, ada dua macam, yakni jelajah alam dan sepeda gunung. Kondisi taman wisata Selorejo ini memang sangat kondusif untuk penjelajahan, karena memiliki medan jelajah yang sangat menantang. Selain itu, pengelola PT Jasa Tirta menyediakan fasilitas Jet ski dan Kolam renang.
Di selorejo, pengunjung dapat menikmati panorama matahari terbit dan terbenam. untuk menu kuliner, kita dapat menikmati sajian makanan lokal khas warung-warung dalam taman wisata yang menyediakan Ikan Wader, ikan nila, mujair dan ikan tombro, yang merupakan hasil tangkapan di Waduk Selorejo.
Selorejo Park juga menyediakan padang golf 9 hole yang terletak di pinggir waduk. Meski bukan merupakan padang golf berstandar internasional, namun setidaknya udara yang sejuk di pagi hari dapat memberikan sensasi saat pegolf bermain birdie
Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya) kini menjadi salah satu destinasi wisata alternatif bagi warga kota Surabaya. Pihak pemerintah bersama masyarakat sekitar mengelola lahan seluas seluas 871 hektare ini untuk dikembangkan menjadi hutan wisata.
Alam yang masuk belum terjamah manusia ini menjadi surga para pendaki. Sebelum mencapai puncak, mereka menempuh rute dari Pos Baderan, Kec. Sumbermalang, Situbondo atau melalui rute lain yakni turun di Pos Bermi, Krucil, Probolinggo. Atau sebaliknya, naik dari Pos Bermi turun di Baderan.
Selanjutnya dari Baderan, untuk mencapai Puncak Rengganis biasanya ditempuh dalam waktu 2-3 hari. Setelah melintasi rerimbunan hutan dengan aneka flora dan fauna, terbentang padang luas nan indah yang disebut Cikasur. Mirip sebutannya, padang rumput tebal itu seperti kasur.
Selorejo Park Menawarkan Keindahan Danau dan Wisata Petualangan
Kabupaten Malang memiliki banyak obyek wisata yang menarik dikunjungi, terutama wisata Alam. Topografi wilayah pegunungan dengan hawa sejuk, membuat kabupaten malang menjadi salah satu daerah destinasi favorit bagi wisatawan manca negara maupun domestik.
Salah satunya adalah Selorejo Park yang berada di kecamatan Ngantang letaknya ± 48 km dari kota Malang. Salah satu daya tarik dari obyek wisata ini adalah taman wisata, dimana pengunjung dapat menikmati keindahan bendungan yang dikelilingi oleh perbukitan dan gunung Anjasmoro,gunung Kelud, serta gunung Kawi.
Pepohonan dengan tajuk sedang, dan hawa sejuk menambah suasana berlibur menjadi lebih menyenangkan. Sebenarnya, pesona yang ditawarkan pengelola dalam hal ini PT Jasa Tirta II adalah waduk Selorejo, namun seiring berkembangnya waktu, pembenahan infrastruktur dan sarana obyek wisata terus dikembangkan.
Mulai dari dermaga perahu yang mengangkut para wisatawan menikmati keindahan pemandangan bendungan Selorejo. Perahu ini menggunakan sarana perahu dayung atau perahu mesin. Kemudian, sarana outbound yang dikelola oleh dua operator yakni Outbound Indonesia “Dilibas” dan Tran’s Trek.
Konsep pengembangan wisata di Selorejo Park ini dilakukan seiring dengan makin banyaknya permintaan wisata jelajah alam. Ir Handri Kartiono MBA, pengelola Trans Trek mengatakan tren berwisata yang dilakukan oleh pengunjung mulai bergeser ke wisata petualangan, permainan dan eduwisata.
Pengunjung yang melakukan jelajah wisata, umumnya berasal dari instansi atau perusahaan. Berapa jumlahnya? ditanya demikian, Handri mengatakan dari dua operator outbound melayani sekitar 300-500 pengunjung perhari. “itupun belum termasuk pengunjung lokal yang datang ke selorejo” tuturnya.
Handri menambahkan, Para wisatawan ini menyukai wisata outbound yang dikemas dengan game dan edukasi, seperti Flying Fox, War Game, Rafting, hingga Mini Race.
Mini Track, imbuh Handri, ada dua macam, yakni jelajah alam dan sepeda gunung. Kondisi taman wisata Selorejo ini memang sangat kondusif untuk penjelajahan, karena memiliki medan jelajah yang sangat menantang. Selain itu, pengelola PT Jasa Tirta menyediakan fasilitas Jet ski dan Kolam renang.
Di selorejo, pengunjung dapat menikmati panorama matahari terbit dan terbenam. untuk menu kuliner, kita dapat menikmati sajian makanan lokal khas warung-warung dalam taman wisata yang menyediakan Ikan Wader, ikan nila, mujair dan ikan tombro, yang merupakan hasil tangkapan di Waduk Selorejo.
Selorejo Park juga menyediakan padang golf 9 hole yang terletak di pinggir waduk. Meski bukan merupakan padang golf berstandar internasional, namun setidaknya udara yang sejuk di pagi hari dapat memberikan sensasi saat pegolf bermain birdie
Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya) kini menjadi salah satu destinasi wisata alternatif bagi warga kota Surabaya. Pihak pemerintah bersama masyarakat sekitar mengelola lahan seluas seluas 871 hektare ini untuk dikembangkan menjadi hutan wisata.
Sekitar 147 spesies burung dan 40 burung migran dari berbagai wilayah di dunia ditemukan di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya), seperti di Pantai Wonorejo, Medokan Ayu, dan Keputih.
Hutan Ekowisata yang masuk wilayah Kecamatan Sukolilo, Rungkut, Gunung Anyar dan Mulyorejo ini terus dilakukan penghijauan berupa penanaman pohon mangrove. Selain dikembangkan untuk ODTW, konservasi kawasan Pamurbaya ini bertujuan untuk mencegah ancaman intrusi air laut. dan menetralisir limbah terutama logam berat yang masuk ke laut.
Kepada para wisatawan, destinasi wisata alternatif bernama Ekowisata Mangrove Wonorejo (EWM) ini tak hanya menyuguhkan wisata, namun wisatawan akan diajak untuk bergabung dalam program rehabilitasi, edukasi, dan rekreasi.
Gunung Arjuna
Pesona Gunung Arjuna seakan tak pernah habis untuk dieksplorasi. Ya.. gunung api tua dan sudah tidak aktif ini menyimpan berbagai keindahan mulai dari wisata alam, budaya, hingga wisata arkeologi. Yang terakhir disebut merupakan salah satu pesona peninggalan budaya zaman kerajaan Majapahit.
Penemuan terbesar yang menandai eksplorasi pesona majapahit diawali pada Juni 1988. Secara berturut-turut, misteri lereng Arjuna mulai terungkap dengan ditemukannya bangunan persajian, batu perdupaan, bangunan berundak, arca batu, wadah batu dan gua pertapaan, yang diperkirakan dibuat pada 1400-an.
Hal ini ditunjukkan dengan angka tahun 1364 Saka atau 1442 Masehi yang terpahatkan di balok batu Candi Laras atau Candi Gambir di ketinggian kurang lebih 1400 m.dpl. (koordinat 7°45”53″S 112°35”26″E). Umumnya arca-arca yang tersebar di sekitar lereng hanya menggambarkan manusia biasa dan tidak mengikuti pedoman Ikonografi Hindu, dan tokoh-tokoh wayang tidak ditemukan di sini. Diperkirakan, peninggalan ini berasal dari jaman Majapahit, pada masa pemerintahan Prabu Sri Suhita (1429 – 1447),cucu dari Rajasanagara atau Bhre Hyang Wekasing Sukha Hayam Wuruk.
Gunung Bromo
Gunung Bromo, terletak antara Kab. Pasuruan dan Kab. Probolinggo yang merupakan maskot wisata di Jawa Timur dan salah satu Gunung terindah di dunia. mempunyai ketinggian 2.392 meter diatas permukaan laut.
Di sekitar Gunung Bromo di kelilingi 4 Gunung yaitu Gunung Batok dengan ketinggian 2440 meter diatas permukaan laut, Gunung Kursi tingginya mencapai 2.581 meter diatas permukaan laut.
Gunung Widodaren mencapai ketinggian 2.614 meter dan Gunung Witangan tingginya 2.601 meter. Gunung Bromo juga salah satu Gunung aktif yg masih mengeluarkan asap di mulutnya.
Alas Purwo
Menyusuri Alas Purwo maka wisatawan akan diajak untuk memahami alam. Sejumlah hewan hidup di habitat aslinya dan dapat kita nikmati saat menyusuri lebatnya hutan tropis ini. Setelah melewati hutan jati dan menuju ke arah selatan, maka perjalanan akan terasa menantang, selain kondisi jalan yang belum diaspal, rute ini inilah yang digunakan oleh banteng liar untuk mengambil makanan dari dan menuju Padang Rumput Savana di Sektor Sadengan.
Sadengan merupakan padang rumput (Savana) seluas 80 ha. Padang di sadengan kerap disebut padang rumput semi alami. Karena keberadaan padang rumput ini tidak berlangsung secara alamiah. Savana ini terjadi karena kerusakan hutan, sehingga membentuk hamparan rumput luas. Satwa yang Greezer(merumput di savana Sadengan), sisanya browser (makan tumbuhan di dalam hutan).
Padang Sadengan dihuni berbagai binatang antara lain : Banteng (bos javanicus), Rusa (cervus timorensis), Ajag (cuon alpinus), Kijang (muntiacus muntjak), Babi Hutan (sus scrofa), Macan Tutul (panthera pardus).
Jangan lupa, wisatawan hendaknya membekali kamera dan Teropong. Jika beruntung, pada sore hari wisatawan bisa menyaksikan hewan tersebut mengais makanan di padang rumput. Di sadengan disediakan pos pemantauan satwa sebuah gubuk dengan tiga lantai. Dari sini, wisatawan bisa melihat secara langsung satwa liar dari ketinggian.
Sesekali Rangkok (Buceros undulatus) juga terlihat melintas rendah diatas savana. Bagi wisatawan yang hendak meneliti hewan di Sadengan, telah disediakan penginapan khusus untuk peneliti. Lokasinya tepat berada dibelakang pos pemantauan.
”Alam itu pasrah kepadamu.” Pesan berbahasa Indonesia tersebut menyambut para wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Alas Purwo. Sebuah pesan yang bermakna bahwa timbulnya kerusakan alam lebih disebabkan oleh ulah manusia. Alas Purwo merupakan hutan Tropis yang masih Natural, masyarakat Jawa (khususnya Mataraman) percaya keberadaan hutan memiliki hubungan dengan kekuatan mistik yang berkuasa di Laut Selatan.
Mitos yang beredar terkait Alas Purwo menyakini, bahwa merusak alas purwo dapat berakibat fatal dikemudian hari. Itulah sebabnya di pintu masuk sektor Rowo Bendo tertulis larangan ”Jangan Tinggalkan Apapun kecuali Telapak Kaki dan Jangan Mengambil Apapun kecuali Foto”
Kabut mulai turun saat kami memasuki alas purwo, padahal waktu masih menunjukkan pukul 15.00 WIB. Hawa segar langsung menyambut kami, ditandai tiupan angin yang dihembuskan dari pepohonan.
Hujan sempat mengguyur perjalanan kami dari Tegaldlimo menuju Alas Purwo. Maklum saja, di Hutan seluas 43.420 ha tersebut memiliki curah hujan yang tinggi. Data statistik menunjukkan, rata-rata hujan mencapai 1000-1500 mm.
Pada bulan Oktober – April, curah hujan di hutan yang dikelola oleh Taman Nasional Alas Purwo ini mencapai titik tertinggi. Meski demikian, rimbunnya dedaunan membuat hujan dan bahkan sinar matahari terhalang. Inilah yang membuat temperatur suhu dan kelembaban udara di Hutan ini tetap terjaga, mencapai 22°-31° C dan kelembaban udara 40-85%. (sumber Taman Nasional).
Untuk menuju hutan tropis basah yang terletak di ujung timur pulau Jawa ini, kami menempuh melalui perjalanan darat sekitar 1 jam dari Kota Banyuwangi ke Kecamatan Tegaldlimo. Disepanjang perjalanan, para wisatawan akan melewati hutan buatan yang merupakan zona penyangga.
Sampai di Resort Rowo Bendo, wisatawan wajib membeli tiket masuk Rp 2.500,-/orang dan Rp 6.000,- untuk mobil. Meluncur ke arah timur dari pintu masuk Taman Nasional Alas Purwo, wisatawan bisa menyaksikan dominasi hutan dengan vegetasi rapat, dan pemandangan pepohonan yang tinggi, akar serabut yang besar serta gelap karena tak tertembus sinar matahari.
Setelah menempuh perjalanan 1 km, wisatawan bisa menyaksikan bangunan yang dipakai oleh umat Hindu Bali dan Banyuwangi pada upacara keagaman pagerwesi setiap 210 hari sekali. Yup. . . mayoritas masyarakat di sekitar Alas Purwo digolongkan sebagai masyarakat Jawa Tradisional, umumnya adalah pendatang dari Jawa (Mataraman), itulah sebabnya, tradisi yang kerap dilakukan oleh umat Hindu masih kerap dilakukan. Bertapa, semedi, serta tradisi gotong-royong masih kerap dilakukan.
Pada hari tertentu seperti malam satu suro, malam bulan purnama, bulan mati, masyarakat sekitar alas purwo datang ke kawasan Alas Purwountuk bersemedi. Tradisi Budaya ini tentu tidak jauh berbeda pada waktu wisatawan berkunjung ke pulau Bali.
Di Taman Nasional Alas Purwo, sektor timur juga terdapat beberapa gua diantaranya : Gua Istana, Gua Macan, Gua Sendang Srengenge, Gua Padepokan, dan Gua Putri. Keberadaan Gua ini seringkali digunakan oleh para pencari ilmu (laku) untuk mendalami ilmu-ilmu spiritual dan kedigdayaan.
Di sebelah timur, hutan didominasi oleh tanaman bambu jumlahnya ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Hingga sampai saat ini, telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, Jamur, semak, liana, dan pohon. Sementara itu, di sekitar pantai banyak terdapat hutan pantai, dan hutan Bambu. Di sektor barat, di kecamatan Purwoharjo, banyak terdapat hutan Bakau terutama di segoro anakan.
Hal ini ditunjukkan dengan angka tahun 1364 Saka atau 1442 Masehi yang terpahatkan di balok batu Candi Laras atau Candi Gambir di ketinggian kurang lebih 1400 m.dpl. (koordinat 7°45”53″S 112°35”26″E). Umumnya arca-arca yang tersebar di sekitar lereng hanya menggambarkan manusia biasa dan tidak mengikuti pedoman Ikonografi Hindu, dan tokoh-tokoh wayang tidak ditemukan di sini. Diperkirakan, peninggalan ini berasal dari jaman Majapahit, pada masa pemerintahan Prabu Sri Suhita (1429 – 1447),cucu dari Rajasanagara atau Bhre Hyang Wekasing Sukha Hayam Wuruk.
Gunung Bromo
Gunung Bromo, terletak antara Kab. Pasuruan dan Kab. Probolinggo yang merupakan maskot wisata di Jawa Timur dan salah satu Gunung terindah di dunia. mempunyai ketinggian 2.392 meter diatas permukaan laut.
Di sekitar Gunung Bromo di kelilingi 4 Gunung yaitu Gunung Batok dengan ketinggian 2440 meter diatas permukaan laut, Gunung Kursi tingginya mencapai 2.581 meter diatas permukaan laut.
Gunung Widodaren mencapai ketinggian 2.614 meter dan Gunung Witangan tingginya 2.601 meter. Gunung Bromo juga salah satu Gunung aktif yg masih mengeluarkan asap di mulutnya.
Alas Purwo
Menyusuri Alas Purwo maka wisatawan akan diajak untuk memahami alam. Sejumlah hewan hidup di habitat aslinya dan dapat kita nikmati saat menyusuri lebatnya hutan tropis ini. Setelah melewati hutan jati dan menuju ke arah selatan, maka perjalanan akan terasa menantang, selain kondisi jalan yang belum diaspal, rute ini inilah yang digunakan oleh banteng liar untuk mengambil makanan dari dan menuju Padang Rumput Savana di Sektor Sadengan.
Sadengan merupakan padang rumput (Savana) seluas 80 ha. Padang di sadengan kerap disebut padang rumput semi alami. Karena keberadaan padang rumput ini tidak berlangsung secara alamiah. Savana ini terjadi karena kerusakan hutan, sehingga membentuk hamparan rumput luas. Satwa yang Greezer(merumput di savana Sadengan), sisanya browser (makan tumbuhan di dalam hutan).
Padang Sadengan dihuni berbagai binatang antara lain : Banteng (bos javanicus), Rusa (cervus timorensis), Ajag (cuon alpinus), Kijang (muntiacus muntjak), Babi Hutan (sus scrofa), Macan Tutul (panthera pardus).
Jangan lupa, wisatawan hendaknya membekali kamera dan Teropong. Jika beruntung, pada sore hari wisatawan bisa menyaksikan hewan tersebut mengais makanan di padang rumput. Di sadengan disediakan pos pemantauan satwa sebuah gubuk dengan tiga lantai. Dari sini, wisatawan bisa melihat secara langsung satwa liar dari ketinggian.
Sesekali Rangkok (Buceros undulatus) juga terlihat melintas rendah diatas savana. Bagi wisatawan yang hendak meneliti hewan di Sadengan, telah disediakan penginapan khusus untuk peneliti. Lokasinya tepat berada dibelakang pos pemantauan.
”Alam itu pasrah kepadamu.” Pesan berbahasa Indonesia tersebut menyambut para wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Alas Purwo. Sebuah pesan yang bermakna bahwa timbulnya kerusakan alam lebih disebabkan oleh ulah manusia. Alas Purwo merupakan hutan Tropis yang masih Natural, masyarakat Jawa (khususnya Mataraman) percaya keberadaan hutan memiliki hubungan dengan kekuatan mistik yang berkuasa di Laut Selatan.
Mitos yang beredar terkait Alas Purwo menyakini, bahwa merusak alas purwo dapat berakibat fatal dikemudian hari. Itulah sebabnya di pintu masuk sektor Rowo Bendo tertulis larangan ”Jangan Tinggalkan Apapun kecuali Telapak Kaki dan Jangan Mengambil Apapun kecuali Foto”
Kabut mulai turun saat kami memasuki alas purwo, padahal waktu masih menunjukkan pukul 15.00 WIB. Hawa segar langsung menyambut kami, ditandai tiupan angin yang dihembuskan dari pepohonan.
Hujan sempat mengguyur perjalanan kami dari Tegaldlimo menuju Alas Purwo. Maklum saja, di Hutan seluas 43.420 ha tersebut memiliki curah hujan yang tinggi. Data statistik menunjukkan, rata-rata hujan mencapai 1000-1500 mm.
Pada bulan Oktober – April, curah hujan di hutan yang dikelola oleh Taman Nasional Alas Purwo ini mencapai titik tertinggi. Meski demikian, rimbunnya dedaunan membuat hujan dan bahkan sinar matahari terhalang. Inilah yang membuat temperatur suhu dan kelembaban udara di Hutan ini tetap terjaga, mencapai 22°-31° C dan kelembaban udara 40-85%. (sumber Taman Nasional).
Untuk menuju hutan tropis basah yang terletak di ujung timur pulau Jawa ini, kami menempuh melalui perjalanan darat sekitar 1 jam dari Kota Banyuwangi ke Kecamatan Tegaldlimo. Disepanjang perjalanan, para wisatawan akan melewati hutan buatan yang merupakan zona penyangga.
Sampai di Resort Rowo Bendo, wisatawan wajib membeli tiket masuk Rp 2.500,-/orang dan Rp 6.000,- untuk mobil. Meluncur ke arah timur dari pintu masuk Taman Nasional Alas Purwo, wisatawan bisa menyaksikan dominasi hutan dengan vegetasi rapat, dan pemandangan pepohonan yang tinggi, akar serabut yang besar serta gelap karena tak tertembus sinar matahari.
Setelah menempuh perjalanan 1 km, wisatawan bisa menyaksikan bangunan yang dipakai oleh umat Hindu Bali dan Banyuwangi pada upacara keagaman pagerwesi setiap 210 hari sekali. Yup. . . mayoritas masyarakat di sekitar Alas Purwo digolongkan sebagai masyarakat Jawa Tradisional, umumnya adalah pendatang dari Jawa (Mataraman), itulah sebabnya, tradisi yang kerap dilakukan oleh umat Hindu masih kerap dilakukan. Bertapa, semedi, serta tradisi gotong-royong masih kerap dilakukan.
Pada hari tertentu seperti malam satu suro, malam bulan purnama, bulan mati, masyarakat sekitar alas purwo datang ke kawasan Alas Purwountuk bersemedi. Tradisi Budaya ini tentu tidak jauh berbeda pada waktu wisatawan berkunjung ke pulau Bali.
Di Taman Nasional Alas Purwo, sektor timur juga terdapat beberapa gua diantaranya : Gua Istana, Gua Macan, Gua Sendang Srengenge, Gua Padepokan, dan Gua Putri. Keberadaan Gua ini seringkali digunakan oleh para pencari ilmu (laku) untuk mendalami ilmu-ilmu spiritual dan kedigdayaan.
Di sebelah timur, hutan didominasi oleh tanaman bambu jumlahnya ± 40 % dari total luas hutan yang ada. Hingga sampai saat ini, telah tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, Jamur, semak, liana, dan pohon. Sementara itu, di sekitar pantai banyak terdapat hutan pantai, dan hutan Bambu. Di sektor barat, di kecamatan Purwoharjo, banyak terdapat hutan Bakau terutama di segoro anakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar