Senin, 26 November 2012

Home » , , » Mengapa BlackBerry Tak Mau Pakai Android?

Mengapa BlackBerry Tak Mau Pakai Android?





KOMPAS.com - Saat mengambil alih jabatan Presiden dan CEO Research in Motion (RIM) di perusahaan pembuat BlackBerry itu Januari lalu, Thorsten Heins banyak menerima saran untuk mengadopsi sistem operasi Android.

"Banyak yang menyarankan saya untuk mengalihkan BlackBerry ke Android," ujar Heins dalam wawancara dengan All Things Digital, Kamis (15/11/2012) lalu.

Akan tetapi, Heins melanjutkan, perusahaannya tak punya banyak peluang untuk tampil menonjol di tengah para produsen Android.

Samsung, yang juga memproduksi komponen-komponen untuk perangkatnya sendiri, berhasil menjadi pemain besar, tapi perusahaan-perusahaan lainnya mengalami kesulitan dalam bersaing.

Lagipula, tambahnya lagi, "Itu sama saja dengan meminggirkan para pengguna BlackBerry."

Meskipun berdasarkan data kuartal ketiga dari Gartner pangsa pasar global BlackBerry telah menciut menjadi 5,3 persen, menurut data lansiran RIM sendiri pada akhir September lalu, pelanggan BlackBerry terus tumbuh menjadi 80 juta pengguna.

Maka, Heins memutuskan untuk tetap ngotot dengan sistem operasi BlackBerry 10 buatan RIM sendiri. Menurut dia, BlackBerry 10 tidak hanya bertujuan untuk membalikkan peruntungan RIM dalam bisnis smartphone, namun juga menciptakan platform baru untuk "era selanjutnya dari komputasi mobile."

"Saya sangat puas telah mengambil keputusan tersebut," imbuhnya.

Meski begitu, Heins mengakui bahwa perusahaannya terlambat membuat perubahan. Salah satu sebabnya, ujar Heins, adalah karena RIM tidak menyadari bahwa pengguna lebih menyukai layar lebar dan banyaknya aplikasi ketimbang aspek e-mail, keamanan, kemudahan mengetik, dan daya tahan baterai yang menjadi andalan BlackBerry.

"Melihat ke belakang, saya pikir kami telat mengantisipasi perubahan itu. Tapi sekarang kami sudah sadar."

Perangkat BlackBerry 10 yang menjadi tumpuan harapan RIM dijadwalkan rilis tanggal 30 Januari tahun depan. Disamping itu, Heins mengatakan bahwa masih banyak yang masih dilakukan perusahaannya.

Selagi RIM menyelesaikan BlackBerry 10, Heins berusaha merombak perusahaan yang bermarkas di Waterloo, Ontario, Kanada itu. Dia mengatakan, RIM telah berhasil mengubah susunan tim eksekutifnya dan mengurangi tenaga kerja sebanyak 5.000 orang selagi menambah jumlah pelanggan dan membikin sistm operasi baru.

"Kami masih terus bekerja," ujar Heins. "Kami tak mau berpura-pura seolah sudah selesai."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar