Rabu, 26 September 2012

Home » 6 Ikan yang Harus Kita Hindari

6 Ikan yang Harus Kita Hindari


Sejumlah organisasi lingkungan juga telah mengingatkan agar kita mengindari beberapa jenis ikan dalam menu makanan kita. Ikan-ikan besar yang disebut dibawah ini hanyalah enam contoh yang dipilih oleh EatingWell: ikan yang populer yang mulai langka dan, dalam banyak hal, mengandung banyak merkuri dan PCB. The Environmental Defense Fund (EDF) juga telah mengeluarkan himbauan mengenai sebagian dari ikan yang harus dihindari ini dalam edf.org.

1. Ikan Tuna Sirip Biru (Bluefin Tuna)



Pada bulan Desember 2009 WWF menggolongkan ikan tuna bsirip biru ke dalam daftar spesies yang terancam punah, “10 pada tahun 2010”, bersama-sama dengan panda raksasa, harimau, dan penyu belimbing (leather black turtles). Meski kelompok-kelompok pecinta lingkungan memberinya status dilindungi, namun ikan tuna sirip biru berharga hingga mencapai $177.000 seekor. Tuna sirip biru mengandung merkuri yang tinggi dan PCB-nya demikian tinggi pula sehingga EDF menyarankan agar kita tidak memakan ikan ini sama sekali.


2. Ikan Bandeng Chili (Chilean Sea Bass) (alias Patagonian Toothfish)



Tumbuh lambat namun dagingnya yang menyerupai mentega berharga mahal, ikan kakap Chili telah lama diburu hingga hampir punah di tempatnya hdup di perairan Antartika yang dingin. Metode-metode yang digunakan untuk menangkap ikan ini—pukat harimau dan pukat rawai (longline)—juga telah menyebabkan kerusakan pada dasar laut dan membunuh elang laut dan burung-burung laut lainnya.


Kini, ada satu tempat budidaya ikan yang dikelola dengan baik yang mempunyai sertifikat MSC. EDF telah mengeluarkan himbauan untuk tidak mengkonsumsi ikan kakap Chili karena level merkuri yang terkandung dalam ikan ini cukup tinggi: orang dewasa tidak boleh makan ikan ini lebih dari dua kali sebulan dan anak-anak yang berusia 12 tahun ke bawah tidak boleh memakan ikan ini lebih dari satu kali sebulan.


3. Ikan Kerapu (Grouper)



Kandungan merkuri yang tinggi yang terdapat pada ikan raksasa ini telah membuat EDF mengeluarkan himbauan untuk tidak mengkonsumsinya. Ikan kerapu bisa hidup hingga usia 40 tahun tapi hanya melakukan reproduksi sebentar saja, sehingga membuat ikan ini terancam punah jika ditangkap secara berlebihan.


4. Ikan Monkfish



Ikan aneh ini mirip dengan ikan ikan lele, yaitu sama-sama memiliki cambang dan merupakan penghuni dasar air, tapi rasanya yang ringan dan segar membuat ikan ini sebagai bahan pokok untuk membuat gourmet. Ikan ini kini sudah pulih setelah mengalami kepunahan, tapi pukat harimau mengancam habitat tempat tinggal ikan ini.


5. Ikan Orange Roughy



Seperti halnya ikan kakap, ikan ini berumur panjang tapi lambat dalam hal reproduksi, sehingga membuatnya terancam punah jika ditangkap terus menerus. Seperti yang dikatakan oleh SeafoodWatch: “Ikan orange roughy bisa hidup hingga 100 tahun atau lebih—sehingga fillet yang ada di dalam kulkas Anda boleh jadi berasal dari seekor ikan yang usianya lebih tua dari nenek Anda!” Ini juga berarti ikan ini mengandung merkuri yang tinggi, sehingga menyebabkan EDF mengeluarkan peringatan untuk tidak mengkonsumsinya.


6. Ikan Salmon (yang dibudidayakan)



Kebanyakan ikan salmon yang dibudidayakan (dan semua ikan salmon yang diberi label “Atlantic salmon”) dibesarkan di dalam keramba jaring terbuka (open-net-pen) yang padat isi yang sering kali penuh dengan parasit dan penyakit yang mengancam ikan salmon liar yang sedang berenang menuju perairan tempat pembenihan nenek moyang mereka.


Ikan salmon yang dibudidayakan diberi makan makanan ikan, diberi obat antibiotik untuk memerangi penyakit dan mempunyai level PCB yang cukup tinggi untuk membuat EDF mengeluarkan peringatan. Baru-baru ini, ikan salmon Coho yang dibudidayakan di air tawar telah memenangkan predikat sebagai Best Choice (pilihan terbaik) dari SeafoodWatch. Diharapkan tekanan dari konsumen akan menimbulkan lebih banyak lagi tempat budidaya ikan yang berpraktik secara lebih sehat. (By Brierley Wright, M.S., R.D., Nutrition Editor, EatingWell Magazine).


sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar