Jendela Informasi Nusantara - Jendela Informasi Dunia - Berbagi Apa Saja dalam Indahnya Berbagi
Sabtu, 20 Juli 2013
Home »
Cerita
,
News
»
Sulitnya jadi muslim minoritas
Tak putus dirundung malang. Mungkin ini kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi suku Uighur di Provinsi Xinjiang, China. Saban Ramadan selalu pecah konflik di wilayah itu sebab pemerintah Negeri Tirai Bambu melarang mereka melakukan ibadah seperti puasa dan salat. Suku ini memang seluruhnya muslim.
Menurut lansiran stasiun televisi BBC (2005) kekerasan sporadis di China bagian barat itu terjadi sejak lama. Meradangnya China sebab etnis pendatang asal Turkistan Timur itu malah sudah mengajukan permohonan merdeka sejak 1940 di wilayah kedaulatan mereka. Jelas Negeri Komunis itu berang.
Terus berupaya menolak namun tekanan semakin kuat pada 1991 China baru melancarkan serangan sporadis. Sebenarnya sepanjang tahun hampir terjadi kekerasan ini namun masuk ke Ramadan paling kentara. Mereka dilarang menunaikan ibadah yang menggenapi perintah Tuhan atas seorang muslim.
Tahun lalu pemerintah China menekan kader Partai Komunis agar ikut menjamin muslim Uighur tidak puasa dan ke masjid.
Pejabat berwenang beralasan kebijakan ini untuk menjaga stabilitas negara selama Ramadan. Seruan untuk tidak berpuasa bagi warga Xinjiang itu disampaikan melalui situs resmi Pemerintah Provinsi Xinjiang. Untuk menjamin seluruh muslim Uighur tidak berpuasa, pejabat komunis saban siang membagikan makanan ke seantero Xinjiang, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera (2/8/2012).
Ratusan kali China mendapat kecaman dari pelbagai kelompok hak asasi soal ini, seperti Human Rights Watch membuat tekanan agar Negeri Tembok Raksasa itu mengakhiri kampanye penindasan agama pada muslim Uighur. Namun China membantah mereka menekan Islam. Mereka hanya ingin menghentikan kekuatan separatisme, terorisme,dan ekstremisme agama di wilayah itu.
Uighur menjadi ancaman separatis terbesar pernah dihadapi pemerintah China lantaran mereka hendak memisahkan diri juga yang bikin keadaan makin kacau.
sumber
Sulitnya jadi muslim minoritas
Tak putus dirundung malang. Mungkin ini kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi suku Uighur di Provinsi Xinjiang, China. Saban Ramadan selalu pecah konflik di wilayah itu sebab pemerintah Negeri Tirai Bambu melarang mereka melakukan ibadah seperti puasa dan salat. Suku ini memang seluruhnya muslim.
Menurut lansiran stasiun televisi BBC (2005) kekerasan sporadis di China bagian barat itu terjadi sejak lama. Meradangnya China sebab etnis pendatang asal Turkistan Timur itu malah sudah mengajukan permohonan merdeka sejak 1940 di wilayah kedaulatan mereka. Jelas Negeri Komunis itu berang.
Terus berupaya menolak namun tekanan semakin kuat pada 1991 China baru melancarkan serangan sporadis. Sebenarnya sepanjang tahun hampir terjadi kekerasan ini namun masuk ke Ramadan paling kentara. Mereka dilarang menunaikan ibadah yang menggenapi perintah Tuhan atas seorang muslim.
Tahun lalu pemerintah China menekan kader Partai Komunis agar ikut menjamin muslim Uighur tidak puasa dan ke masjid.
Pejabat berwenang beralasan kebijakan ini untuk menjaga stabilitas negara selama Ramadan. Seruan untuk tidak berpuasa bagi warga Xinjiang itu disampaikan melalui situs resmi Pemerintah Provinsi Xinjiang. Untuk menjamin seluruh muslim Uighur tidak berpuasa, pejabat komunis saban siang membagikan makanan ke seantero Xinjiang, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera (2/8/2012).
Ratusan kali China mendapat kecaman dari pelbagai kelompok hak asasi soal ini, seperti Human Rights Watch membuat tekanan agar Negeri Tembok Raksasa itu mengakhiri kampanye penindasan agama pada muslim Uighur. Namun China membantah mereka menekan Islam. Mereka hanya ingin menghentikan kekuatan separatisme, terorisme,dan ekstremisme agama di wilayah itu.
Uighur menjadi ancaman separatis terbesar pernah dihadapi pemerintah China lantaran mereka hendak memisahkan diri juga yang bikin keadaan makin kacau.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar