Jendela Informasi Nusantara - Jendela Informasi Dunia - Berbagi Apa Saja dalam Indahnya Berbagi
Sabtu, 20 Juli 2013
Home »
News
,
Teknologi
»
Sampai kapan kita jadi 'sapi perah' raksasa teknologi asing?
Indonesia nampaknya memang tak pernah mendapatkan tempat spesial bagi para perusahaan teknologi besar dunia. Meskipun menyimpan potensi yang besar, tak ada satu pun dari perusahaan tersebut yang niat untuk tumbuh bersama dengan penggunanya di tanah air.
Contoh kasus seperti ini sudah banyak. Seolah saling sepakat, banyak perusahaan teknologi besar seperti Facebook, BlackBerry, hingga Google yang menganggap Indonesia dan penduduknya sebagai 'sapi perahan' saja, yang jika habis manis sepah dibuang.
Baru-baru saja misalnya, Google melalui perwakilannya di Indonesia menolak untuk mendirikan data center di negeri ini. Dikatakan, hal ini tak memberikan manfaat bagi mereka sama sekali.
"Benefitnya apa?," kata Rudy Ramawi selaku Country Manager Google Indonesia saat dikonfirmasi mengenai apakah Google akan menempatkan server dan data center di Indonesia, Rabu (3/7).
Pernyataan seperti di atas tentunya sangat menyayat hati. Padahal, kalau dipikirkan lebih lanjut, dengan jumlah pengguna internet yang besar, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial bagi Google.
Ketika Google mencoba mendekatkan layanannya dengan membangun perwakilan di sini, malah permintaan dari pemerintah ditolak mentah-mentah.
Sebelumnya, pernyataan serupa namun tak begitu pedas juga dilontarkan oleh Facebook terhadap Indonesia. Charlene Chian, Kepala Bagian Komunikasi Facebook untuk wilayah Asia Pasifik, mengatakan bahwa pihaknya belum memiliki rencana untuk mendirikan kantor resmi di Indonesia.
"Kami memang belum memiliki rencana untuk membangun kantor di Indonesia," ujar Chian.
Untuk BlackBerry pun sama. Sebagai satu dari tiga negara dengan pengguna BlackBerry terbanyak dunia, BlackBerry seolah hanya ingin mengambil untung saja di sini.
Permintaan Kementerian Telekomunikasi dan Informatika yang mewajibkan pembangunan pusat data di dalam negeri masih juga belum dilayani oleh BlackBerry. Hingga kini, ketika layanan BBM (BlackBerry Messenger) ngadat misalnya, kita seolah tak bisa berbuat apa-apa.
Padahal, untuk dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia, BlackBerry menggunakan jaringan yang dimiliki beberapa operator seluler tanah air.
Hal tersebut di atas bertolak belakang dengan ketentuan pemerintah yang mewajibkan penyelenggara sistem elektronik untuk menempatkan data center di wilayah Indonesia seperti diatur dalam PP No. 82/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
"Kalau data center ada di luar negeri, maka akan sulit bila ada kasus penegakan hukum, terutama dalam hal pencarian datanya. Penegak hukum tidak dapat mengambilnya secara fisik karena masuk ke negara lain," kata Dirjen Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ashwin Sasongko.
Ashwin mengatakan penempatan pusat data di wilayah Indonesia berlaku bagi penyelenggara sistem elektronika yang beraktivitas transaksi di Indonesia, baik perusahaan baru atau perusahaan lama.
sumber
Sampai kapan kita jadi 'sapi perah' raksasa teknologi asing?
Indonesia nampaknya memang tak pernah mendapatkan tempat spesial bagi para perusahaan teknologi besar dunia. Meskipun menyimpan potensi yang besar, tak ada satu pun dari perusahaan tersebut yang niat untuk tumbuh bersama dengan penggunanya di tanah air.
Contoh kasus seperti ini sudah banyak. Seolah saling sepakat, banyak perusahaan teknologi besar seperti Facebook, BlackBerry, hingga Google yang menganggap Indonesia dan penduduknya sebagai 'sapi perahan' saja, yang jika habis manis sepah dibuang.
Baru-baru saja misalnya, Google melalui perwakilannya di Indonesia menolak untuk mendirikan data center di negeri ini. Dikatakan, hal ini tak memberikan manfaat bagi mereka sama sekali.
"Benefitnya apa?," kata Rudy Ramawi selaku Country Manager Google Indonesia saat dikonfirmasi mengenai apakah Google akan menempatkan server dan data center di Indonesia, Rabu (3/7).
Pernyataan seperti di atas tentunya sangat menyayat hati. Padahal, kalau dipikirkan lebih lanjut, dengan jumlah pengguna internet yang besar, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial bagi Google.
Ketika Google mencoba mendekatkan layanannya dengan membangun perwakilan di sini, malah permintaan dari pemerintah ditolak mentah-mentah.
Sebelumnya, pernyataan serupa namun tak begitu pedas juga dilontarkan oleh Facebook terhadap Indonesia. Charlene Chian, Kepala Bagian Komunikasi Facebook untuk wilayah Asia Pasifik, mengatakan bahwa pihaknya belum memiliki rencana untuk mendirikan kantor resmi di Indonesia.
"Kami memang belum memiliki rencana untuk membangun kantor di Indonesia," ujar Chian.
Untuk BlackBerry pun sama. Sebagai satu dari tiga negara dengan pengguna BlackBerry terbanyak dunia, BlackBerry seolah hanya ingin mengambil untung saja di sini.
Permintaan Kementerian Telekomunikasi dan Informatika yang mewajibkan pembangunan pusat data di dalam negeri masih juga belum dilayani oleh BlackBerry. Hingga kini, ketika layanan BBM (BlackBerry Messenger) ngadat misalnya, kita seolah tak bisa berbuat apa-apa.
Padahal, untuk dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia, BlackBerry menggunakan jaringan yang dimiliki beberapa operator seluler tanah air.
Hal tersebut di atas bertolak belakang dengan ketentuan pemerintah yang mewajibkan penyelenggara sistem elektronik untuk menempatkan data center di wilayah Indonesia seperti diatur dalam PP No. 82/2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
"Kalau data center ada di luar negeri, maka akan sulit bila ada kasus penegakan hukum, terutama dalam hal pencarian datanya. Penegak hukum tidak dapat mengambilnya secara fisik karena masuk ke negara lain," kata Dirjen Aplikasi dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ashwin Sasongko.
Ashwin mengatakan penempatan pusat data di wilayah Indonesia berlaku bagi penyelenggara sistem elektronika yang beraktivitas transaksi di Indonesia, baik perusahaan baru atau perusahaan lama.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar