Selasa, 29 Desember 2015

Home » , , » Peran Bambu Dalam Mengatasi Global Warming

Peran Bambu Dalam Mengatasi Global Warming


ag03s.blogspot.co.id -

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
ag03s.blogspot.co.id -

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
ag03s.blogspot.co.id -

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
ag03s.blogspot.co.id -

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
ag03s.blogspot.co.id - Dalam studi terbaru, diketahui bahwa bambu ternyata dapat membantu memitigasi perubahan iklim, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, dan melindungi hutan. Memulihkan lahan dan hutan yang rusak dengan bambu, tanaman yang bisa tumbuh tercepat di dunia, dapat berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon. Hal ini terungkap dalam sebuah laporan terbaru yang dikeluarkan pada COP20 di Lima (Peru) oleh International Network for Bamboo and Rattan (INBAR) yang membahas potensi besar bambu dalam memerangi pemanasan global. Dengan proyeksi, bahwa hutan bambu akan menyimpan lebih dari satu juta ton karbon pada tahun 2050 di Cina.

“Ini adalah tanaman yang benar-benar luar biasa,” kata Direktur Jenderal INBAR Dr. Hans Friederich. Dr Hans mendorong United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim agar secara eksplisit mengakui bambu sebagai salah satu sumber daya strategis dalam memerangi dampak perubahan iklim dan membuat kebijakan pembangunan, regulasi, serta investasi rencana yang berkelanjutan. INBAR terdiri dari 40 negara anggota yang berdedikasi untuk meningkatkan taraf hidup petani miskin dan pengguna bambu dan rotan. Juga, mendorong pembangunan berkelanjutan dengan praktik-praktik yang ramah lingkungan. Bambu menawarkan sejumlah manfaat, diantara restorasi yang cepat, skala besar dalam hal penyerapan karbon, menyediakan sumber energi yang berkelanjutan, dan menyediakan bahan baku untuk konstruksi, tekstil, produk rumah tangga, furnitur, dan kegunaan-kegunaan inovatif lainnya.

INBAR memiliki sejumlah program yang fokus di bidang pengurangan dampak perubahan iklim, kelestarian lingkungan, kemiskinan, pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan perdagangan antar anggota. Organisasi ini juga mendukung akses pasar bagi petani dan inovasi produk-produk dari bambu dan rotan.
Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal PBB, muncul di 2013 COP di Warsawa, Polandia, naik sepeda bambu. Foto: Xinhua/Zang Fang


Meskipun penampilannya seperti pohon, bambu sebenarnya adalah anggota keluarga rumput, Poaceae. Bambu juga sering diasosiasikan sebagai tumbuhan Asia, yakni sebagai sumber makanan utama bagi panda raksasa yang terancam punah (Ailuropoda melanoleuca). Bambu adalah tumbuhan pan-tropis, dengan lebih dari 1.250 spesies asli yang tumbuh di berbagai belahan dunia, seperti di Amerika, sub-Sahara Afrika, dan Asia. Bambu juga merupakan bagian dari makanan gorila gunung yang terancam punah (Gorilla beringei beringei) yang hidup di hutan tropis di Uganda, Rwanda, dan Republik Demokratik Kongo.
Menurut laporan INBAR, bambu memiliki banyak manfaat. Hutan bambu dapat membantu mengurangi pemanasan global dengan penyerapan karbon di area yang telah gundul atau terdegradasi lebih cepat dan pada tingkat yang lebih tinggi daripada banyak spesies pohon. Misalnya, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa karbon yang tersimpan di hutan bambu Cina meningkat dari 727 juta metrik ton pada 2010 menjadi 1.018 juta metrik ton pada tahun 2050 – atau naik hampir 40 % dalam beberapa tahun saja.
Selain itu, bambu juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan menyediakan sumber energi alternatif dan terbarukan. Bambu juga dapat membantu melindungi habitat satwa liar. Laporan itu menyatakan 1,7 miliar orang di seluruh dunia bergantung pada biomassa, seperti kayu, sebagai sumber energi utama mereka; rumpun tanam bambu pun dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar yang didapat dari hutan alam, pun juga bisa mengurangi kerusakannya.
Rotan adalah salah satu dari sekitar 600 spesies palem merambat asli Asia Tenggara yang digunakan untuk bahan furnitur, konstruksi, dan kerajinan tangan. “Namun karena praktik-praktik pemanenan rotan yang kurang baik, rotan terancam oleh eksploitasi yang berlebihan,” lanjut Friederich. Negara-negara anggota INBAR telah menggunakan mekanisme hukum untuk mendorong pemanfaatan bambu dan rotan untuk fungsi yang beragam, hal yang mencerminkan betapa banyaknya manfaat bambu. Di Rwanda, pemerintah pusat mewajibkan para pemerintah daerah untuk menanam bambu di sepanjang sungai untuk mengendalikan erosi. Ethiopia memiliki sekitar satu juta hektar hutan bambu, yang diintegrasikan ke dalam rencana nasional untuk pembangunan berkelanjutan dan restorasi lahan dalam skala besar.
Departemen Pertanahan dan Sumber Daya Alam Ghana telah mendorong penggunaan bambu dan rotan dan sukses menciptakan 15.000 lapangan kerja baru antara tahun 2002 dan 2012. Satu keputusan presiden Filipina mensyaratkan bahwa 25 % dari peralatan sekolah harus terbuat dari bambu, dan akhirnya terbuatlah sekitar 139.000 meja setiap tahun di Negara tersebut. Cina telah menyadari bahwa bambu adalah salah satu alat mitigasi perubahan iklim, dengan sertifikat yang diterbitkan setara dengan lebih dari 50 ribu ton CO2 hingga saat ini. Masih banyak lagi yang bisa diharapkan dengan penerapan karbon market di China tahun 2016.



Data global Forest Watch menunjukkan Provinsi Yunnan China kehilangan sekitar 500.000 hektar tutupan pohon dari tahun 2001 hingga tahun 2012 (bisa jadi disebabkan oleh pemanfaatan hutan tanaman), dan hampir tak ada lagi hutan besar yang utuh). Menurut laporan INBAR, Gold Standard Foundation yang berbasis di Jenewa sudah memasukkan bambu dalam metodologi aforestasi dan reforestasi, termasuk penerbitan setara 46.000 ton kredit karbon untuk reboisasi bambu di Yunnan. Sumber: Global Forest Watch
Dalam laporan INBAR, disebutkan bahwa masih banyak orang yang menganggap bambu sebagai hama invasif, namun bambu dan juga rotan telah menjata sumber mata pencaharian jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun disadari betapa besar dampak ekonominya terhadap kehidupan jutaan manusia, namun perhatian terhadap tanaman paling cepat tumbuh di dunia ini begitu minim, termasuk potensinya dalam pembangunan berkelanjutan juga untuk mitigasi perubahan iklim.
Memanfaatkan kekuatan bambu dapat menambah sumber daya penting dalam perjuangan kita melawan perubahan iklim.
Referensi:
Hansen, MC, PV Potapov, R. Moore, M. Hancher, SA Turubanova, A. Tyukavina, D. Thau, SV Stehman, SJ Goetz, TR Loveland, A. Kommareddy, A. Egorov, L. Chini, CO Keadilan, dan JRG Townshend. 2013. “Hansen / UMD / Google / USGS / NASA Pohon Penutup Loss dan Gain Area.” University of Maryland, Google, USGS, dan NASA. Diakses melalui Global Forest Watch pada 11 Desember 2014. www.globalforestwatch.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar