Jendela Informasi Nusantara - Jendela Informasi Dunia - Berbagi Apa Saja dalam Indahnya Berbagi
Selasa, 08 April 2014
Home »
News
,
Wisata
»
Sensasi Seram dan Menegangkan di Lamongan
KOMPAS/ADI SUCIPTO Wahana jet coaster di Wisata Bahari Lamongan yang berada persis di dekat laut terasa lebih memacu adrenalin. Sejumlah pengunjung yang menikmati wahana itu, Rabu (2/4/2014), berteriak histeris.
Dunia Informasi – FAHMI Aditya (7) langsung balik berlari ketika melihat sosok menyeramkan di depan rumah sakit hantu. Ia urung masuk dan memilih duduk-duduk di bangku taman depan wahana. Akhirnya ayahnya yang masuk ke wahana rumah sakit hantu di Wisata Bahari Lamongan, Rabu (2/4/2014). Sementara itu, dua perempuan remaja berteriak histeris dan merasa lega begitu ke luar wahana.
Rumah sakit hantu merupakan salah satu wahana yang menguji nyali pengunjung. Selain mendapati suasana gelap mencekam, suara tangis bayi memilukan, juga ada suara mayat bangkit di kamar jenazah. Pengunjung juga akan dikejutkan dengan kemunculan suster ngesot. ”Wah, lega rasanya sudah ke luar,” ujar Nuraini (17) yang tinggal di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Dengan tiket masuk Rp 55.000 pada hari biasa atau Rp 75.000 pada akhir pekan dan hari libur, pengunjung bisa menikmati puluhan wahana di Wisata Bahari Lamongan (WBL). Pengunjung akan mendapatkan gelang yang akan dipasang petugas di pintu masuk.
Mau ke istana kucing, rumah kaca, arena permainan berburu, istana boneka, arena ketangkasan, film tiga dimensi, goa serangga, sarang bajak laut, hingga istana bawah laut tinggal masuk saja. Bagi yang suka memacu adrenalin bisa mencoba roller coaster, jet coaster, paus dangdut, crazy wheel, dan speedflip. Bagi yang suka berbasah-basah tersedia watter park, waterboom, dan kolam renang.
Speed boat, sepeda air, becak air, banana boat, perahu kano, dan perahu tradisional juga menawarkan sensasi tersendiri bagi yang suka berwisata bahari. Anak-anak bisa naik unta seolah-seolah sedang berada di padang pasir saat unta berjalan menyusuri pasir putih di tepian pantai atau memilih naik kuda.
Di sana juga tersedia gazebo dan tempat bersantai dengan panorama pantai. Pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah, dan Ikan juga memberikan pilihan kepada pengunjung untuk memilih oleh-oleh yang akan dibawa pulang.
WBL terletak di Jalan Daendels, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, dan dibuka sejak 14 November 2004. Lokasi ini dahulu dikenal dengan pantai Tanjung Kodok.
Obyek wisata alam pantai berbatu cadas mirip kodok itu juga tercatat dalam sejarah. Pada 11 Juni 1983 tempat itu dijadikan lokasi penelitian gejala astronomi gerhana matahari total oleh NASA. Kini, di lokasi itu dibangun perpaduan antara konsep wisata bahari Ancol Jakarta, Singapura, dan wisata pantai Jepang.
Memadukan konsep wisata bahari dan dunia wisata dalam areal seluas 11 hektar, WBL siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop service mulai pukul 08.30-16.30 setiap hari.
”Didukung pula dengan hadirnya tiga wahana baru setiap tahunnya, WBL memberikan oase tersendiri bagi pengunjungnya,” kata Direktur Utama WBL Aris Wibawa.
Goa Maharani
Saat ini WBL dibuat terpadu dengan Goa Maharani yang terletak di seberangnya. Pengunjung bisa menyeberangi jembatan menggunakan eskalator. Bagi pengunjung yang membeli satu paket tiket WBL dan Mazoola cukup membayar Rp 70.000 pada hari biasa atau Rp 100.000 saat akhir pekan dan hari libur. Tiket terpisah ke Mazoola Rp 35.000 pada hari biasa dan Rp 45.000 pada akhir pekan dan hari libur.
Kini, di Goa Maharani dan Zoo Lamongan (Mazoola), pengunjung bukan hanya dapat menikmati stalaktit dan stalagmit yang indah, melainkan juga bisa melihat koleksi berbagai jenis batuan sebagai sarana edukasi. Sejumlah satwa seperti orangutan, kera, ular albino, hingga singa Afrika juga ada.
Goa yang disebut Goa Istana Maharani itu berada pada kedalaman 25 meter dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2.500 meter persegi. Goa itu ditemukan pada 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan Muhammad Faried. Letak goa itu sangat strategis dan menarik karena terletak 500 meter dari Laut Jawa.
Hanya berjarak 2 kilometer dari WBL dan Mazoola ada potensi lain, yakni Wisata Ziarah Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendangduwur.
Besarnya jumlah pengunjung di obyek wisata religi itu, hingga ratusan ribu orang per tahun, menginspirasi Pemkab Lamongan untuk mengembangkan potensi wisata di sekitarnya.
Karena itu, WBL, Tanjung Kodok Beach Resort, dan Mazoola pun dikembangkan. Dalam pengembangan WBL ada penyertaan modal sebesar Rp 29,25 miliar dari Pemkab Lamongan pada era Bupati Masfuk serta didukung PT Bunga Wangsa Sejati yang berinvestasi Rp 35,75 miliar.
Daya tarik makam Sunan Drajat, WBL, dan Mazoola membuat miliaran rupiah uang wisatawan mengalir ke Lamongan sehingga mampu menggerakkan aktivitas perekonomian rakyat. Apalagi, di kawasan Sendangduwur terdapat industri batik, bordir, emas, dan perak. Batik Sendangduwur bisa menjadi cendera mata.
Pengunjung bisa menapak tilas jejak peninggalan penyebaran Islam yang dibawa Sunan Sendangduwur dan Sunan Drajat. Gamelan singo mengkok, bayang, kentongan, hingga Masjid Sendangduwur yang tersisa bisa dilihat meskipun kondisinya sebagian rusak dimakan usia. Gaya arsitektur masjid, jenis batu makam dan tulisan di nisannya, serta bentuk-bentuk ukirannya juga merupakan karya seni tersendiri yang perlu dipelajari.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan Eko Priyono menyatakan, sebetulnya Lamongan juga memiliki monumen Vander Wijck di pintu gerbang Pelabuhan Ikan Brondong. Pada 28 Oktober 1936 di pesisir utara Jawa, tepatnya di perairan utara Brondong, kapal mewah tersebut tenggelam. Kapal milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam, itu dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda, pada 1921.
Atas jasa nelayan Brondong, sejumlah awak kapal dan penumpang dapat diselamatkan, tetapi kapal yang karam itu hingga kini belum ditemukan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mendirikan monumen di halaman Kantor Pelabuhan Brondong untuk mengenang jasa nelayan. Monumen itu melengkapi berbagai potensi wisata di wilayah pantai utara Lamongan.
Di wilayah selatan Lamongan juga memiliki obyek wisata Waduk Gondang. Waduk seluas 6,6 hektar dengan kedalaman awal 29 meter itu diresmikan Presiden Soeharto pada 1987. Selain berfungsi untuk mengairi 16.000 hektar sawah di sekitarnya, waduk itu juga menjadi obyek wisata air. (Adi Sucipto Kisswara)
sumber
Sensasi Seram dan Menegangkan di Lamongan
KOMPAS/ADI SUCIPTO Wahana jet coaster di Wisata Bahari Lamongan yang berada persis di dekat laut terasa lebih memacu adrenalin. Sejumlah pengunjung yang menikmati wahana itu, Rabu (2/4/2014), berteriak histeris.
Dunia Informasi – FAHMI Aditya (7) langsung balik berlari ketika melihat sosok menyeramkan di depan rumah sakit hantu. Ia urung masuk dan memilih duduk-duduk di bangku taman depan wahana. Akhirnya ayahnya yang masuk ke wahana rumah sakit hantu di Wisata Bahari Lamongan, Rabu (2/4/2014). Sementara itu, dua perempuan remaja berteriak histeris dan merasa lega begitu ke luar wahana.
Rumah sakit hantu merupakan salah satu wahana yang menguji nyali pengunjung. Selain mendapati suasana gelap mencekam, suara tangis bayi memilukan, juga ada suara mayat bangkit di kamar jenazah. Pengunjung juga akan dikejutkan dengan kemunculan suster ngesot. ”Wah, lega rasanya sudah ke luar,” ujar Nuraini (17) yang tinggal di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Dengan tiket masuk Rp 55.000 pada hari biasa atau Rp 75.000 pada akhir pekan dan hari libur, pengunjung bisa menikmati puluhan wahana di Wisata Bahari Lamongan (WBL). Pengunjung akan mendapatkan gelang yang akan dipasang petugas di pintu masuk.
Mau ke istana kucing, rumah kaca, arena permainan berburu, istana boneka, arena ketangkasan, film tiga dimensi, goa serangga, sarang bajak laut, hingga istana bawah laut tinggal masuk saja. Bagi yang suka memacu adrenalin bisa mencoba roller coaster, jet coaster, paus dangdut, crazy wheel, dan speedflip. Bagi yang suka berbasah-basah tersedia watter park, waterboom, dan kolam renang.
Speed boat, sepeda air, becak air, banana boat, perahu kano, dan perahu tradisional juga menawarkan sensasi tersendiri bagi yang suka berwisata bahari. Anak-anak bisa naik unta seolah-seolah sedang berada di padang pasir saat unta berjalan menyusuri pasir putih di tepian pantai atau memilih naik kuda.
Di sana juga tersedia gazebo dan tempat bersantai dengan panorama pantai. Pasar Hidangan, Pasar Wisata, Pasar Buah, dan Ikan juga memberikan pilihan kepada pengunjung untuk memilih oleh-oleh yang akan dibawa pulang.
WBL terletak di Jalan Daendels, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, dan dibuka sejak 14 November 2004. Lokasi ini dahulu dikenal dengan pantai Tanjung Kodok.
Obyek wisata alam pantai berbatu cadas mirip kodok itu juga tercatat dalam sejarah. Pada 11 Juni 1983 tempat itu dijadikan lokasi penelitian gejala astronomi gerhana matahari total oleh NASA. Kini, di lokasi itu dibangun perpaduan antara konsep wisata bahari Ancol Jakarta, Singapura, dan wisata pantai Jepang.
Memadukan konsep wisata bahari dan dunia wisata dalam areal seluas 11 hektar, WBL siap memanjakan pengunjung dengan konsep one stop service mulai pukul 08.30-16.30 setiap hari.
”Didukung pula dengan hadirnya tiga wahana baru setiap tahunnya, WBL memberikan oase tersendiri bagi pengunjungnya,” kata Direktur Utama WBL Aris Wibawa.
Goa Maharani
Saat ini WBL dibuat terpadu dengan Goa Maharani yang terletak di seberangnya. Pengunjung bisa menyeberangi jembatan menggunakan eskalator. Bagi pengunjung yang membeli satu paket tiket WBL dan Mazoola cukup membayar Rp 70.000 pada hari biasa atau Rp 100.000 saat akhir pekan dan hari libur. Tiket terpisah ke Mazoola Rp 35.000 pada hari biasa dan Rp 45.000 pada akhir pekan dan hari libur.
Kini, di Goa Maharani dan Zoo Lamongan (Mazoola), pengunjung bukan hanya dapat menikmati stalaktit dan stalagmit yang indah, melainkan juga bisa melihat koleksi berbagai jenis batuan sebagai sarana edukasi. Sejumlah satwa seperti orangutan, kera, ular albino, hingga singa Afrika juga ada.
Goa yang disebut Goa Istana Maharani itu berada pada kedalaman 25 meter dari permukaan tanah dengan rongga gua seluas 2.500 meter persegi. Goa itu ditemukan pada 6 Agustus 1992 dan diresmikan sebagai obyek wisata pada 10 Maret 1994 oleh Bupati Lamongan Muhammad Faried. Letak goa itu sangat strategis dan menarik karena terletak 500 meter dari Laut Jawa.
Hanya berjarak 2 kilometer dari WBL dan Mazoola ada potensi lain, yakni Wisata Ziarah Makam Sunan Drajat dan Makam Sunan Sendangduwur.
Besarnya jumlah pengunjung di obyek wisata religi itu, hingga ratusan ribu orang per tahun, menginspirasi Pemkab Lamongan untuk mengembangkan potensi wisata di sekitarnya.
Karena itu, WBL, Tanjung Kodok Beach Resort, dan Mazoola pun dikembangkan. Dalam pengembangan WBL ada penyertaan modal sebesar Rp 29,25 miliar dari Pemkab Lamongan pada era Bupati Masfuk serta didukung PT Bunga Wangsa Sejati yang berinvestasi Rp 35,75 miliar.
Daya tarik makam Sunan Drajat, WBL, dan Mazoola membuat miliaran rupiah uang wisatawan mengalir ke Lamongan sehingga mampu menggerakkan aktivitas perekonomian rakyat. Apalagi, di kawasan Sendangduwur terdapat industri batik, bordir, emas, dan perak. Batik Sendangduwur bisa menjadi cendera mata.
Pengunjung bisa menapak tilas jejak peninggalan penyebaran Islam yang dibawa Sunan Sendangduwur dan Sunan Drajat. Gamelan singo mengkok, bayang, kentongan, hingga Masjid Sendangduwur yang tersisa bisa dilihat meskipun kondisinya sebagian rusak dimakan usia. Gaya arsitektur masjid, jenis batu makam dan tulisan di nisannya, serta bentuk-bentuk ukirannya juga merupakan karya seni tersendiri yang perlu dipelajari.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan Eko Priyono menyatakan, sebetulnya Lamongan juga memiliki monumen Vander Wijck di pintu gerbang Pelabuhan Ikan Brondong. Pada 28 Oktober 1936 di pesisir utara Jawa, tepatnya di perairan utara Brondong, kapal mewah tersebut tenggelam. Kapal milik perusahaan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, Amsterdam, itu dibuat di galangan kapal Feijenoord, Rotterdam, Belanda, pada 1921.
Atas jasa nelayan Brondong, sejumlah awak kapal dan penumpang dapat diselamatkan, tetapi kapal yang karam itu hingga kini belum ditemukan. Pemerintah Hindia Belanda kemudian mendirikan monumen di halaman Kantor Pelabuhan Brondong untuk mengenang jasa nelayan. Monumen itu melengkapi berbagai potensi wisata di wilayah pantai utara Lamongan.
Di wilayah selatan Lamongan juga memiliki obyek wisata Waduk Gondang. Waduk seluas 6,6 hektar dengan kedalaman awal 29 meter itu diresmikan Presiden Soeharto pada 1987. Selain berfungsi untuk mengairi 16.000 hektar sawah di sekitarnya, waduk itu juga menjadi obyek wisata air. (Adi Sucipto Kisswara)
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar