Terowongan Marmaray sewaktu dibangun (Istimewa)
Terowongan dengan panjang 13,6 km yang melintang di bawah Selat Bosporus ini merupakan proyek impian pemerintah Sultan Ottoman Abdülmecid, satu setengah abad yang lalu, tepatnya di tahun 1860. Namun, kurangnya teknologi dan pembiayaan pada saat itu mencegah dia mewujudkan visinya.
"Nenek moyang kita mengolah (proyek terowongan ini). Dan realisasinya jatuh ke tangan kita," ungkap Erdogan. Peresmian terowongan Marmaray turut dihadiri Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, selaku pihak yang membantu 35 persen dari dana pembangunan, dan sejumlah pejabat asing lainnya.
Warga Turki yang berjumlah 15 juta jiwa tidak sepenuhnya mendukung Erdogan untuk mewujudkan proyek besar yang diyakini dapat mengurangi kemacetan kronis dan dapat melayani 1,5 juta penumpang setiap harinya di Turki. Sejumlah krirtikus bahkan menyebut Erdogan sebagai Fir'aun.
Awalnya, banyak kalangan khawatir terowongan tersebut rentan gempa bumi. Tapi, Menteri Perhubungan Turki Binali Yildirim, mengatakan, terowongan itu dirancang untuk menahan gempa berkekuatan hingga 9 skala richrer. "Ini adalah tempat teraman di Istanbul," ungkap Yildirim.
Rencana awal pebangunan terowongan itu dijadwalkan memakan waktu empat tahun, tapi terhambat setelah para pekerja menemukan sejumlah artefak berusia 8.500 tahun lalu yang perlu diselamatkan. Sembilan tahun berlalu, akhirnya proyek yang menelan dana pembangunan 2,9 miliar poundsterling (sekitar Rp 50 triliun) ini berhasil dirampungkan.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar